Musibah bukanlah sekadar duka yang datang menyapa,
Bukan pula hanya derita yang merangkul jiwa.
Ada musibah yang lebih besar dari tangis manusia,
Saat hati terhenti dari introspeksi, hilang dari nurani.
Diri yang tahu akan aib dan cacat,
Namun diam tak bergerak, tak peduli memperbaiki niat.
Inilah musibah yang paling mengiris hati,
Ketika sadar akan kekurangan, namun tak berbuat sesuatu berarti.
Seorang mukmin sejati berlomba dalam kebaikan,
Menghiasi amal dengan ikhlas dan keikhlasan.
Setiap hari ia muhasabah, menilik dalam diri,
Adakah kekurangan yang perlu diperbaiki?
Tak ada henti ia mencari ridha Ilahi,
Memperbaiki diri dalam diam dan beramal suci.
Musibah terbesar bukanlah cobaan yang nampak di mata,
Namun saat hati mati, tak lagi peka terhadap dosa.
Mukmin sejati terus mengevaluasi,
Tak berhenti bertanya pada diri sendiri.
Setiap langkah dihiasi dengan amal sholeh,
Setiap kekurangan diubah menjadi berkah penuh hikmah.
Ingatlah, wahai saudaraku yang beriman,
Musibah terbesar adalah saat kita terlena,
Saat kita lupa untuk terus berusaha,
Memperbaiki diri, menuju jannah yang mulia.
Berlombalah dalam kebaikan tanpa henti,
Karena hidup ini hanya sesaat, begitu berarti.
Jangan biarkan aib menutupi jalan cahaya,
Bangkitlah, perbaikilah diri, menuju surga yang indah mempesona.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H