Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Melihat Dunia dari Jendela

14 Juni 2024   12:13 Diperbarui: 14 Juni 2024   12:57 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sadari, bahwa kita melihat dunia senyatanya seperti melihat dari jendela. | Foto: Dokumentasi Pribadi/Mks

"Tataplah dunia dengan hati yang terbuka, pikiran yang luas, dan kesadaran akan keterbatasan. Hanya dengan begitu kita dapat menilai dengan bijak dan bertindak dengan benar."

Saat kita berada di depan sebuah jendela, kita melihat keluar ke dunia. Tapi, apa yang kita lihat dari jendela tersebut?

Kita melihat pemandangan yang terbatas oleh bingkai jendela. Kita tidak bisa melihat seluruh dunia, hanya sebagian kecil dari apa yang ada di luar sana.

Seperti itu pula kita melihat dan menilai dunia ini. Dunia ini senyatanya jauh lebih rumit, komplek, dan indah dari yang sekedar kita lihat melalui jendela.

Penglihatan kita dibatasi oleh pengetahuan kita. Ilmu kita terbatas, wawasan kita tidak sempurna, dan kemampuan berpikir kita ada batasnya.

Kita tidak bisa melihat segala sesuatu dengan obyektif dan apa adanya. Setiap penilaian kita dipengaruhi oleh apa yang kita ketahui, dan apa yang kita tidak ketahui.

Kita harus bijak dalam mensikapi sesuatu. Asumsi kita bisa salah. Prasangka kita bisa menyesatkan. Mindset kita bisa membatasi pandangan kita. Kebutuhan dan kepentingan pribadi kita bisa mempengaruhi cara kita melihat dunia.

Oleh karena itu, berhati-hatilah dalam menilai. Sadari bahwa ada banyak hal yang kita tidak tahu. Jangan terburu-buru mengambil kesimpulan.

Bila tidak, maka banyak orang yang berpikir short cut. Cepat menilai, bahkan bisa cepat menyalahkan, mengomeli, mengkritik, karena ada banyak ketidaksesuaian dengan apa yang kita ketahui.

Karena itu, mari perbanyak belajar dan perluas wawasan. Buka hati dan pikiran untuk perspektif yang berbeda. Dengan demikian, penilaian kita akan lebih bijak dan keputusan kita akan lebih tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun