"Bagiku agamaku, bagimu agamamu." (QS. Al Kafirun 109: 6)
Perbedaan keyakinan adalah keniscayaan dalam masyarakat yang semakin terhubung secara global. Namun, untuk menjaga keharmonisan, penting untuk memajukan pemahaman agama tanpa mengolok-olok keyakinan orang lain. Firman Allah mengingatkan kita untuk tidak merendahkan satu sama lain, sebuah pesan yang harus dipegang teguh dalam setiap interaksi antarumat beragama.
Dalam era globalisasi ini, perbedaan agama dan keyakinan kini semakin tampak. Karena itu, penting bagi kita untuk memajukan pemahaman agama demi kebaikan diri, keluarga, dan bangsa. Namun, hal ini harus dilakukan tanpa mengolok-olok agama dan keyakinan orang lain, sebagaimana diingatkan dalam firman Allah, "Hai, orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum lain, karena boleh jadi mereka yang diperolok-olok lebih baik dari yang mengolok-olok" (QS. Al Hujarat 49: 11).
Allah pun melarang saling mencela satu sama lain, karena ini termasuk perbuatan buruk, tak beradab dan zalim.
Pasal penistaan agama yang termaktub dalam UU Nomor 1 tahun 1946 tentang KUHP dalam Pasal 156a. Pasal 156a berbunyi, "Perbuatan yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia.". Kasus dugaan penistaan agama bisa dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun.
Mengatasi Penyebab Mengolok-olok Agama dan Keyakinan Orang Lain
1. Pemahaman yang tidak mencukupi tentang agama lain.
Pemahaman yang kurang tentang agama lain seringkali memicu prasangka dan stereotip negatif. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya informasi, minimnya interaksi antarumat beragama, dan penyebaran prasangka dari lingkungan sekitar. Untuk mengatasi hal ini, pendidikan agama yang inklusif, dialog antaragama, penggunaan sumber informasi yang diversifikasi, serta mendorong interaksi antarumat beragama dapat membantu memperluas pemahaman dan mengurangi prasangka terhadap agama lain. Dengan demikian, kita dapat membangun masyarakat yang lebih toleran, inklusif, dan saling menghormati dalam keberagaman keyakinan.
2. Perbedaan keyakinan.
Meskipun kita memiliki keyakinan yang berbeda-beda, sangat penting untuk menghormati dan memahami perbedaan tersebut tanpa mengolok-olok atau merendahkan satu sama lain. Setiap individu memiliki hak untuk memiliki keyakinan dan praktik keagamaan yang sesuai dengan nilai dan kepercayaannya, dan sikap saling menghormati akan membantu memupuk kerukunan antarumat beragama. Dengan menerima dan menghargai keberagaman keyakinan, kita dapat membangun masyarakat yang inklusif, harmonis, dan damai.