Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memajukan Pemahaman Agama dan Menghormati Perbedaan Antaragama

19 April 2024   17:22 Diperbarui: 19 April 2024   17:28 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keberagaman keyakinan sudah senyatanya melahirkan keharmonisan kehidupan antar beragama | Foto: cumbriacrack.com

"Bagiku agamaku, bagimu agamamu."  (QS. Al Kafirun 109: 6)

Perbedaan keyakinan adalah keniscayaan dalam masyarakat yang semakin terhubung secara global. Namun, untuk menjaga keharmonisan, penting untuk memajukan pemahaman agama tanpa mengolok-olok keyakinan orang lain. Firman Allah mengingatkan kita untuk tidak merendahkan satu sama lain, sebuah pesan yang harus dipegang teguh dalam setiap interaksi antarumat beragama.

Dalam era globalisasi ini, perbedaan agama dan keyakinan kini semakin tampak. Karena itu, penting bagi kita untuk memajukan pemahaman agama demi kebaikan diri, keluarga, dan bangsa. Namun, hal ini harus dilakukan tanpa mengolok-olok agama dan keyakinan orang lain, sebagaimana diingatkan dalam firman Allah, "Hai, orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum lain, karena boleh jadi mereka yang diperolok-olok lebih baik dari yang mengolok-olok" (QS. Al Hujarat 49: 11).

Allah pun melarang saling mencela satu sama lain, karena ini termasuk perbuatan buruk, tak beradab dan zalim.

Pasal penistaan agama yang termaktub dalam UU Nomor 1 tahun 1946 tentang KUHP dalam Pasal 156a. Pasal 156a berbunyi, "Perbuatan yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia.". Kasus dugaan penistaan agama bisa dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun.

Mengatasi Penyebab Mengolok-olok Agama dan Keyakinan Orang Lain

1. Pemahaman yang tidak mencukupi tentang agama lain.

Pemahaman yang kurang tentang agama lain seringkali memicu prasangka dan stereotip negatif. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya informasi, minimnya interaksi antarumat beragama, dan penyebaran prasangka dari lingkungan sekitar. Untuk mengatasi hal ini, pendidikan agama yang inklusif, dialog antaragama, penggunaan sumber informasi yang diversifikasi, serta mendorong interaksi antarumat beragama dapat membantu memperluas pemahaman dan mengurangi prasangka terhadap agama lain. Dengan demikian, kita dapat membangun masyarakat yang lebih toleran, inklusif, dan saling menghormati dalam keberagaman keyakinan.

2. Perbedaan keyakinan.

Meskipun kita memiliki keyakinan yang berbeda-beda, sangat penting untuk menghormati dan memahami perbedaan tersebut tanpa mengolok-olok atau merendahkan satu sama lain. Setiap individu memiliki hak untuk memiliki keyakinan dan praktik keagamaan yang sesuai dengan nilai dan kepercayaannya, dan sikap saling menghormati akan membantu memupuk kerukunan antarumat beragama. Dengan menerima dan menghargai keberagaman keyakinan, kita dapat membangun masyarakat yang inklusif, harmonis, dan damai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun