Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Akal Sehat: Ancaman Terbesar Bagi Penguasa Otoriter, Oportunistik dan Korup

24 Maret 2024   09:07 Diperbarui: 24 Maret 2024   09:56 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penguasa yang otoriter, oportunis, atau korup sangat takut pada akal sehat. | Image: ideogram

"Kekuatan akal sehat bukan hanya mengungkap kebenaran, tetapi juga menghadirkan keberanian untuk melawan tirani dan menginspirasi perubahan. Dalam dunia yang dipenuhi intrik politik, akal sehat adalah senjata terkuat bagi mereka yang berani berdiri untuk kebenaran dan keadilan."

Dalam panggung politik yang kerap dipenuhi intrik dan dominasi yang otoriter, ada satu kekuatan yang menggoyahkan fondasi kekuasaan tersebut: akal sehat. "Penguasa yang otoriter, oportunis, atau korup takut pada akal sehat," ungkapan ini mencerminkan pentingnya kejelasan pikiran dan keberanian dalam menghadapi rezim yang menindas.

Akal sehat bukan hanya tentang kecerdasan intelektual, tetapi juga tentang kekuatan moral yang membedakan antara yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk. Individu yang berakal sehat tidak mudah tergoda oleh iming-iming, sogokan, atau ancaman. Mereka adalah penjaga kebenaran, bahkan di tengah-tengah kegelapan tirani.

Penguasa jahat cemas terhadap individu yang berakal sehat karena mereka tidak dapat dimanipulasi atau dikuasai sebagaimana yang diharapkan. Mereka melihat keberanian dan keteguhan dalam individu tersebut sebagai ancaman bagi kekuasaan dan kepentingan pribadi mereka.

Namun, bukan hanya integritas moral yang membuat akal sehat menakutkan bagi penguasa otoriter. Individu yang berakal sehat cenderung memiliki pemahaman yang tajam tentang kebenaran dan keadilan. Mereka tidak ragu untuk menentang ketidakadilan dan menggerakkan orang lain untuk melawan tirani. Oleh karena itu, penguasa korup sering menggunakan segala cara untuk menekan suara-suara yang mengganggu stabilitas mereka.

Penguasa yang otoriter, oportunis, atau korup menyadari bahwa akal sehat merupakan ancaman serius terhadap kekuasaan mereka. Oleh karena itu, mereka menggunakan segala cara untuk mematahkan semangat dan menghancurkan keberanian individu yang berani bersuara dan bertindak sesuai dengan nurani mereka.

Dalam menghadapi penguasa yang menakutkan, adalah tanggung jawab setiap individu untuk merawat dan memperkuat akal sehat mereka. Hanya melalui keberanian dan integritas moral itulah, tirani dapat dihadapi dan keadilan dapat terwujud. Seperti yang dikatakan Edmund Burke, "Untuk kejahatan menang, cukup bagi orang baik untuk tidak melakukan apa-apa."

Dengan demikian, dalam dunia yang dipenuhi dengan ketidakadilan dan tirani, mari kita jadikan akal sehat sebagai senjata utama kita dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan untuk semua.

Kekuatan akal sehat juga dapat kita lihat terwujud dalam kisah dalam Quran tentang burung Hud-hud yang membawa berita yang penting dan meyakinkan:

"Tidak lama kemudian, datanglah Hud-hud. Ia berkata, 'Aku telah mengetahui sesuatu yang belum kamu ketahui. Aku datang dari negeri Saba membawa suatu berita yang meyakinkan'"(QS. An-Naml 27: 22).

Dalam ayat ini, burung Hud-hud digambarkan sebagai pembawa informasi yang valid dan kuat, yang datang dari negeri Saba dengan berita yang penting. Analogi ini mencerminkan pentingnya menyebarkan informasi yang benar dan berharga, serta kekuatan akal sehat dalam mengenali dan menghadapinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun