Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Panggilan Cinta untuk Memulihkan Kenegarawanan dan Darurat Kebangsawanan

2 Februari 2024   10:30 Diperbarui: 3 Februari 2024   16:36 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Krisis kebangsaan kita pulihkan dengan rasa cinta pada bangsa dan negara | Foto: crosswalk.com

"Hentikanlah pertunjukan kegelapan ini, hentikanlah penyebaran ketidakpastian dan keserakahan. Mari kita bersama-sama membangun kembali fondasi-fondasi kenegarawanan yang kokoh, yang didasari oleh keadilan, kebenaran, dan cinta kepada sesama."

Di tengah gemuruh politik yang membelenggu, terhampar pemandangan suram di ladang kenegarawanan. Sungguh, negara ini sedang mengalami darurat kebangsawanan, sebuah krisis moral yang meruntuhkan fondasi-fondasi keadilan dan kebenaran.

Tingkah laku yang seharusnya menjadi tauladan, justru dipenuhi oleh kecurangan dan manipulasi. Kekerasan budaya, bukan lagi sekadar merajalela dalam bentuk fisik, namun telah merambah ke dimensi kesadaran. Nilai-nilai yang suci telah diinjak-injak, dan kebaikan dihina sebagai kelemahan. Di atas segalanya, kesadaran palsu dijejalkan ke dalam pikiran masyarakat, membingungkan antara apa yang benar dan yang salah, menciptakan kabut yang menyelimuti kebenaran.

Pengkhianatan terhadap prinsip-prinsip demokrasi terasa semakin dalam. Penguasa yang seharusnya menjadi pelindung keadilan, justru menjadi pelaku utama dalam pertunjukan kelicikan politik. Pengambilan keputusan dipenuhi oleh intervensi politik, menjadikan proses demokratisasi semakin meragukan.

Di tengah kemelut ini, suara rakyat memohon untuk dipedulikan. Mereka menantikan keadilan, bukan hanya sebagai tontonan semata, tetapi sebagai harapan yang nyata. Namun, jika cinta telah terbuang, bagaimana mungkin keadilan akan tumbuh subur? Kesedihan hanya menjadi hiburan bagi mereka yang menjadikan kekuasaan sebagai senjata untuk merendahkan yang lemah.

Namun, mari kita bergegas, bukan untuk terpuruk dalam keputusasaan, tetapi untuk berjuang. Di jalanan, di mana cita-cita menjadi satu-satunya harapan, di sana kami berdiri sebagai manusia yang memohon untuk diperlakukan dengan kasih sayang. Kami menolak penindasan dan kesewenang-wenangan yang melumpuhkan jiwa-jiwa kami.

Hentikanlah pertunjukan kegelapan ini, hentikanlah penyebaran ketidakpastian dan keserakahan. Mari kita bersama-sama membangun kembali fondasi-fondasi kenegarawanan yang kokoh, yang didasari oleh keadilan, kebenaran, dan cinta kepada sesama.

Kepada penguasa yang berhati tulus, kami menyerukan: pandanglahlah kami sebagai manusia, dengarkanlah jeritan hati kami, dan jawablah dengan cinta. Karena hanya dengan cinta, kita dapat membangun negeri ini menjadi negara yang maju, bangsa yang besar, dan tempat yang adil dan damai bagi semua warganya.

Mari kita bersama-sama memperjuangkan keadilan dan membangun kenegarawanan dengan cinta sebagai pedoman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun