Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Inilah 10 Mitos Ketabahan yang Sering Merasuki Diri Tanpa Kita Sadari

31 Januari 2024   06:07 Diperbarui: 31 Januari 2024   06:13 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menantang mitos ketabahan menuju puncak kesuksesan | Image: ideogram.com

"Ketabahan bukan sekadar kata, tapi fondasi dari kesuksesan sejati."

Menjadi sehat, kuat, unggul, sukses, sejhtera, mulia dan bermakna, adalah impian semua orang. Namun dalam menjelajahi perjalanan menuju kesuksesan, seringkali kita dihadapkan pada mitos-mitos yang dapat membingungkan, dan bahkan merugikan. Terutama, konsep atau pandangan yang keliru berkait dengan ketabahan (grit). Dalam berbagai kesempatan saat memberikan pelatihan dan couching di sejumlah tempat, saya menemukan bahwa pandangan (mindset) yang salah tentang ketabahan dapat menjadi penghalang utama dalam mencapai kesuksesan.

Faktor-faktor budaya, pendidikan, lingkungan, dan pengalaman pribadi seringkali memengaruhi cara kita memahami dan mengadopsi konsep ketabahan. Budaya populer dan media sering kali memperkuat narasi bahwa kesuksesan hanya tergantung pada bakat alami atau keberuntungan, tanpa memperhitungkan peran penting dari kerja keras dan ketekunan. Sementara itu, lingkungan pendidikan mungkin lebih memprioritaskan hasil instan daripada nilai-nilai seperti ketabahan, ketahanan, dan kegigihan.

Pandangan negatif atau kurangnya pemahaman tentang konsep ketabahan juga dapat dipengaruhi oleh orang-orang di sekitar kita, baik itu keluarga, teman, atau tokoh masyarakat. Selain itu, pengalaman pribadi yang buruk atau kegagalan dapat menyebabkan seseorang mengembangkan pandangan yang fatalistik tentang kesuksesan.

Melalui artikel ini, kita akan mengeksplorasi mitos-mitos seputar ketabahan, dan menghadapinya dengan fakta ilmiah. Dengan demikian, pembaca akan diberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang peran sebenarnya dari ketabahan dalam mencapai kesuksesan yang sesungguhnya.

Faktor-faktor yang Membentuk Mitos Ketabahan

 Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan masyarakat memiliki (atau berperan dalam pembentukan) mitos, anggapan, atau mindset yang salah terkait dengan konsep seperti "grit" atau kesuksesan:

1. Pengaruh budaya dan media. Budaya dan media seringkali membuat kita berpikir bahwa sukses hanya datang dari bakat alami atau keberuntungan, tanpa memperhitungkan usaha keras. Media juga suka memperindah cerita sukses, tanpa menunjukkan rintangan yang sebenarnya.
2. Pendidikan dan pengalaman pribadi. Sistem pendidikan atau lingkungan kita mungkin lebih peduli dengan nilai akademis daripada nilai-nilai seperti ketabahan. Ini bisa membuat kita tidak mengerti pentingnya perjuangan dalam mencapai tujuan.
3. Pengaruh orang lain. Orang-orang di sekitar kita, seperti keluarga atau teman, bisa mempengaruhi pandangan kita tentang ketabahan. Jika mereka tidak menghargai nilai-nilai itu, kita mungkin ikut-ikutan.
4. Ketidakpastian dan ketakutan. Ketakutan akan kegagalan atau masa depan yang tidak pasti bisa membuat kita lebih suka mencari jalan pintas daripada berjuang keras. Akibatnya, kita mungkin percaya bahwa kesuksesan hanya ditentukan oleh faktor luar kendali.
5. Kurangnya pendidikan dan akses informasi. Kurangnya pengetahuan tentang ketabahan bisa membuat kita lebih mudah dipengaruhi oleh mitos dan stereotip yang salah.
6. Kebiasaan berpikir negatif atau pesimisme. Orang yang cenderung berpikir negatif mungkin lebih mudah percaya mitos yang mengesampingkan pentingnya usaha dalam meraih kesuksesan.
7. Pengalaman pribadi yang buruk. Pengalaman buruk atau kegagalan pribadi bisa membuat kita pesimis dan berpikir bahwa usaha lebih lanjut tidak akan membawa perubahan yang signifikan.
8. Pengaruh kelompok atau komunitas. Kelompok atau komunitas tertentu bisa mempertahankan pandangan yang salah tentang kesuksesan, dan kita mungkin terpengaruh oleh pandangan mereka.
9. Ketidaktahuan tentang konsep yang benar. Kadang-kadang, kita hanya tidak tahu betul tentang ketabahan karena minimnya akses terhadap informasi yang benar.
10. Dorongan eksternal yang tidak sehat. Dorongan dari lingkungan yang menekankan hasil instan bisa membuat kita percaya pada mitos ketabahan.
11. Kebutuhan akan penegasan identitas. Ada juga kebutuhan untuk mempertahankan identitas kita dengan mengikuti pandangan yang salah tentang kesuksesan.
12. Pengaruh industri atau pemasaran. Industri atau pemasaran sering menguatkan mitos tentang kesuksesan dengan cerita-cerita yang menarik emosi, tanpa memperhatikan realitas.

Secara keseluruhan, kombinasi dari faktor-faktor ini dapat memengaruhi cara individu dan masyarakat secara luas memahami dan mengadopsi konsep seperti "grit" dan kesuksesan.

Melalui pemahaman yang mendalam tentang faktor-faktor yang membentuk mitos ketabahan, kita dapat mulai mengatasi hambatan-hambatan tersebut dan memperkuat pemahaman yang benar tentang konsep ketabahan dalam mencapai kesuksesan yang sejati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun