Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mengelola FOMO: Panduan Praktis Tata Kelola Risiko untuk Praktisi Risk Management

20 November 2023   06:07 Diperbarui: 20 November 2023   06:19 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sikapi FOMO dalam manajemen risiko dengan bijak | Foto:  irishtimes.com

"Proaktivitas yang bijak dalam manajemen risiko bukan hanya tentang menghadapi ketakutan kehilangan peluang, tetapi juga menjaga keseimbangan antara peringatan dini dan keputusan yang matang."

Salah satu tanggung jawab utama bagi anggota Departemen Risk Management adalah memonitor potensi risiko yang mungkin timbul. Hal ini mencakup pemantauan terhadap momen penting, informasi, berita, dan tren yang dapat menjadi indikasi awal terjadinya risiko.

Sebagai seorang praktisi Risk Management, penting untuk diakui bahwa "Fear of Missing Out" (FOMO) dapat menjadi potensi risiko dalam konteks manajemen risiko. FOMO merujuk pada kekhawatiran atau kecemasan individu terhadap kehilangan peluang atau pengalaman yang dianggap berharga oleh orang lain.

Lebih lanjut, FOMO dapat diartikan sebagai ketakutan atau kecemasan yang muncul karena khawatir kehilangan momen penting atau informasi, seperti berita dan tren. Namun, FOMO yang berlebihan dapat menyebabkan individu merasa tertinggal dan dapat memiliki dampak negatif terhadap kesehatan mental. Sebagai praktisi Risk Management, perlu diingat bahwa keseimbangan antara mempertimbangkan potensi risiko dan tetap fokus dalam penilaian risiko yang dapat diterima atau ditoleransi, sangatlah penting.

Perasaan FOMO dapat memengaruhi individu dari berbagai latar belakang dan usia, berpotensi merugikan kesehatan mental karena perbandingan terus-menerus dengan orang lain. Meskipun pandangan luar terhadap FOMO mungkin beragam, sebagai praktisi Risk Management, fokus harus tetap pada peringatan dini terhadap potensi risiko, dengan menjaga keseimbangan antara proaktif dan terukur.

Dalam konteks manajemen risiko, FOMO dapat mendorong anggota tim Risk Management untuk mengambil risiko tanpa pertimbangan matang atau analisis menyeluruh. Kecenderungan untuk mengikuti tren atau membuat keputusan tanpa mempertimbangkan konsekuensi potensial dapat meningkatkan risiko yang tidak terduga atau tidak diinginkan. Oleh karena itu, penting bagi tim Risk Management untuk tetap berpegang pada prinsip-prinsip manajemen risiko yang melibatkan analisis mendalam, perencanaan yang matang, dan komunikasi efektif untuk mengelola risiko secara efisien.

Tidak jarang, orang awam yang tidak memahami Risk Management, terkadang berpendapat lain. Saat potensi risiko disampaikan, ia malah menyampaikan "Pikiran dan pendapat itu rasanya mengada-ngada". Pendapat lainnya, "Itu sih terlalu didramatisir". Ada juga yang berpendapat, "Jangan paranoid lah, tak akan terjadi itu!".

Padahal, tugas seorang yang bekerja di Departemen Risk Management adalah mengingatkan sejak awal atas potensi yang mungkin terjadi dengan melihat pola-pola kejadian sebelumnya. Ya, prinsip "Pikirkan apa yang tak terpikirkan" tetap harus dipegang.

Proaktivitas yang Bijak dalam Manajemen Risiko: Panduan Komprehensif untuk Praktisi Risk Management

Sebagai praktisi Risk Management, proaktivitas tetap menjadi prinsip utama dalam menangani risiko. Namun, proaktivitas yang diarahkan dengan benar seharusnya melibatkan identifikasi, evaluasi, dan manajemen risiko dengan cermat, bukan hanya tindakan impulsif karena FOMO. Berikut beberapa pertimbangan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun