"Ketika kau bersahabat dengan pemikiran yang picik, kerdil dan dungu yang nyata, kau mungkin terlindung, namun tanpa cahaya."
Dalam perjalanan hidup yang penuh dengan beragam pandangan dan pemikiran, seringkali kita dihadapkan dengan kedunguan yang dapat menghentikan pertumbuhan dan perkembangan. Puisi ini akan menggali lebih dalam tentang bahaya terjebak dalam pemikiran picik dan kerdil, serta mengajak kita untuk menjauh dari ketidaktahuan. Ketika kita terlalu dekat dengan kedunguan, kita mungkin merasa aman, tetapi sebenarnya kita terkurung dalam keterbatasan yang berbahaya.
Kita akan mengeksplorasi konsep penting tentang berpikir luas, pembelajaran dari kesalahan, dan merendahkan hati dalam perjalanan hidup kita. Semua ini bertujuan untuk mendorong kita agar tidak terjebak dalam dunia pemikiran yang dangkal dan meraih cahaya pengetahuan yang lebih terang.
Silakan, menikmati puisi ini:
Awas, Jangan Terjebak dalam Kedunguan!
Di dunia yang penuh dengan ragam pandangan,
Suara pro dan kontra selalu beterbangan
Hiruk dan pikuk silih berganti penuh kegaduhan|
Semua ini karena pikiran dan sikap yang penuh kedunguan
Namun, dalam pesan ini yang kukirimkan dengan tulus,
Janganlah dekati orang dungu, itu benar-benar nyata.
Ketika kau bersahabat dengan pemikiran yang picik dan kerdil,
Kau mungkin terlindung, namun tanpa cahaya.
Dungu tak menghina, itu hanyalah tanda kurang pengetahuan,
Namun, berpegang pada pandangan sempit bisa jadi bencana.
Nanti, rasa malu dan stagnasi mungkin menghampirimu,
Jika engkau tak membuka hati, berpikir lebih luas, dan berkembang.
Maka, jangan berbahagia dekat kedunguan, jangan dekati ketidaktahuan
Pergunakanlah hikmah dari pelbagai sumber, pikiran yang bijak.
Dengan ilmu yang melimpah dan pandangan yang cerdas,
Kau akan maju, tumbuh, dan bersinar semakin tajam.
Saat kita terjebak dalam kedunguan yang menyengat,
Segeralah sadar, tobatlah dengan sungguh-sungguh.
Jangan berakrobat dalam permainan pikiran yang dangkal,
Sebelum penjara itu, akhirnya, menjebak dengan kuasa dan gemetar.