"Membentuk pendidikan yang peduli, tepat, dan inklusif adalah tanggung jawab kita bersama."
Kasus seorang anak yang membakar sekolahnya sendiri, kini jadi kasus menarik yang menjadi perhatian publik. Kejadian ini telah menjadi sorotan luas dan mengundang perhatian banyak orang, terutama para ahli dan praktisi di bidang psikologi anak dan perkembangan.
Selain aspek kognitif dan psikomotorik, aspek emosi juga merupakan hal penting yang perlu dipelajari dalam perkembangan anak. Emosi memainkan peran krusial dalam kehidupan anak, mempengaruhi perilaku, kesejahteraan, dan kemampuan mereka dalam menghadapi tantangan di lingkungan sekitar. Termasuk bagaimana ia mengelola emosinya dalam dirinya dan interaksinya.
Latar Belakang Kasus
Pada hari Selasa (27/6/2023) dini hari, sebuah kejadian tragis terjadi di sebuah sekolah menengah pertama (SMP) di Temanggung, Jawa Tengah. Seorang siswa berusia 14 tahun, yang disebut sebagai R, diduga membakar sekolahnya sendiri. Kejadian ini telah mengejutkan banyak pihak dan memunculkan berbagai pertanyaan tentang faktor-faktor yang mendorong perilaku tersebut.
Motif yang diduga menjadi pendorong tindakan tersebut adalah pengalaman perundungan atau bullying yang dialami oleh R. R merasa sakit hati karena sering di-bully oleh teman-temannya dan merasa kurang mendapat perhatian dari guru-gurunya. Hal ini menunjukkan pentingnya pemahaman dan penanganan yang tepat terhadap masalah perundungan dan kebutuhan emosional anak di sekolah.
Menariknya, dalam kasus ini tampak bahwa sekolah tidak memahami kondisi psikologis R dengan baik. Pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh pihak sekolah terkesan menyalahkan R dan menyudutkannya dengan menyebutnya sebagai anak yang sering mencari perhatian di sekolah (Kompas.com - 03/07/2023). Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan pemahaman dan kesadaran akan kondisi psikologis anak-anak di sekolah, serta pentingnya dukungan yang tepat dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi.
Karena itu, banyak pihak juga menyesalkan, mengapa Polres Temanggung menghadirkan tersangka di bawah umur saat konferensi pers. Apalagi tersangka dihadirkan dengan pengawalan polisi dengan bersenjata laras panjang. Sepatutnya, hak-hak anak wajib diperhatikan dan tidak diperlakukan seperti itu.
Dengan memahami latar belakang kasus ini, kita dapat melanjutkan analisis yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang memengaruhi perilaku anak R. Juga merumuskan pendekatan yang tepat dalam membantu anak-anak yang mengalami masalah serupa.
Dampak Psikologis pada Anak