Saat hati gundah gulana, saat jiwa terbelit lara, maka masjid bisa jadi tempat curhat terbaik. Lalu, dipilihlah Masjid Agung Cianjur untuk bisa berkeluh kesah dengan-Nya di sana. Harapannya sederhana, di tempat yang lebih besar diharapkan kekhusuan kita dapat bisa lebih besar. Saya sendiri kerap pergi ke sana. Bisa di hari-hari biasa, namun lebih nyaman saat pergi ke sana di hari jumat. Hari rayanya umat Islam.
Ulama salaf berpesan, muliakanlah hari Jumat agar engkau mendapat rahmat. Rahmat dalam Islam memiliki beberapa makna. Pertama, rahmat bisa berarti agama Islam yang ada untuk rahmat 'kasih sayang' terhadap alam semesta. Kedua, rahmat bisa berarti belas kasih, kerahiman, karunia, dan berkah Allah. Ketiga, rahmat bisa berarti menciptakan kehidupan yang baik bagi seluruh alam semesta.
Sebaik-baik hari, hari termulia, adalah hari Jumat. Hari raya-Nya umat Islam. Karena itu, awal dari prestasi, niat baik, impian besar, tekad kuat, proyek akhirat, akan bagus dimulai dengan niat baik dan dilakukan di hari Jumat.
Hari Jumat itu hari yang istimewa dan luar biasa. Bahkan Rasulullah pernah menyampaikan, "Sebaik-baik hari yang terbit matahari padanya adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan, di waktu itu pula ia dimasukkan ke dalam surga, dan waktu itu juga ia dikeluarkan dari padanya. Kiamat pun tidak akan terjadi kecuali pada hari Jumat".
Jumat itu keistimewaan, karena Namanya diabadikan dalam sebuah surah dalam Al Quran. "Bertasbihlah kepada Allah apa yang ada di langit dan di bumi. Allah Maharaja, Mahasuci, Yang Perkasa, Maha Bijaksana" (QS. Al Jumuah 62 :1). Itu surah pertama-Nya memperkenalkan kebesaran diri-Nya, bahwa semua yang ada di langit dan di bumi tunduk patuh mengagungkan-Nya, bertasbih kepada-Nya.
Hari Jumat yang Penuh Nasihat
Hari itu hari Jumat. Saya ajak anak sulung saya untuk salat Jumat di Masjid Agung Cianjur. Dan seperti biasanya, ia sangat kegirangan. Semangat dan antusiasnya, terpancar jelas dari matanya yang berbina. Sebuah kebahagiaan yang tak tergambarkan dengan kata-kata, karena ia akan saya ajak ke kota. Jarak rumah kami di kampung Cilaku ke Masjid Agung di pusat kota Cianjur, jaraknya 7,3 km.
Setengah melompat, ia segera ambil handuk dan hendak segera mandi agar saat solat Jumat badan terasa segar dan tidak mengantuk. Begitu pun saya. Saya senang lihat kakak begitu riang gembira. Memang, antusias itu menularkan antusias ternyata.
Saat khotib naik mimbar, betapa senangnya saya melihatnya. Itu sahabat saya. Dan saya tepuk paha kiri kakak yang sedang duduk di samping kanan saya. "Kak, dengarkan serius ya khutbah Jumatnya. Pasti bagus ini", kata saya meyakinkan.
Kakak menoleh dan mengangguk sambil tersenyum. Ia nampak terhanyut dan terpukau denga napa yang disampaikan khotib itu. Suaranya lantang dan sedikit parau, khas suaranya yang agak nge bass dan kadang terselip bariton. Itu suara yang setiap hari saya dengar selama 3 tahun, meski 3 tahun sebelumnya juga saya kenal sebelumnya. Ya, karena dia teman satu SMP dan satu SMA di tempat yang sama.