pamer-pamer di medsos ?"
"Ada apaItu pertanyaan sahabat saya yang bertanya dalam sebuah grup whatsapp tentang makin banyaknya keluarga pejabat yang terlibat pamerria.
Ia begitu gemas lihat foto seorang istri pejabat yang sedang pamer-pamer gaya dan sikap hedonnya. Ia heran seheran-herannya, karena kini makin banyak istri dan anak pejabat yang satu per satu dimunculkan dan "dikuliti" oleh netizen ke publik.
Mulai dari isti pejabat Kemenhub, istri Dinas Perhubungan, istri pejabat KPK, isti kepala BPN, istri dari Pj Bupati, gaya hidup hedon Kasatlantas Polres, istri kabareskrim, istri pejabat Kemensetneg, anak dan istri Sekda, anak ketua Bea Cukai. Semua seolah ramai-ramai berpamerria.
Pada era digital yang serba canggih seperti sekarang ini, medsos telah menjadi salah satu tempat yang populer bagi orang-orang untuk berbagi informasi, pengalaman, dan kehidupan mereka kepada orang lain. Salah satu fenomena yang muncul dari kebiasaan ini adalah "pamer-pamer" di medsos.
Banyak orang yang terlalu sering atau bahkan kecanduan untuk memamerkan kehidupan mereka di medsos, terutama melalui foto dan video.
Sikap suka pamer, gaya hidup hedon, mempertontonkan kemewahan di medsos oleh istri, anak dan pejabat dinilai masyarakat itu tidak pantas. Tindakan seperti itu tidaklah wajar dan melukai hati masyarakat di tengah himpitan kesulitan ekonomi saat ini yang banyak dirasakan masyarakat.
Konteks pamer-pamer di medsos pada era kekinian memiliki beberapa hal penting yang perlu diperhatikan.
Pertama, medsos memberikan kemudahan bagi penggunanya untuk memamerkan kehidupan mereka secara publik. Hal ini dapat memicu terjadinya fenomena "FOMO" atau "fear of missing out" pada orang lain yang melihatnya.
Kedua, pamer-pamer di medsos dapat memengaruhi persepsi orang lain terhadap diri seseorang, terutama dalam hal citra dan status sosial.
Ketiga, pamer-pamer di medsos dapat menjadi sarana untuk membangun personal branding dan mempromosikan diri sendiri, terutama bagi mereka yang berprofesi sebagai influencer atau public figure.