Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sikap Narsistik, Pamer, Hedonistik dan Cinta Dunia dalam Perspektif Psikologi Islam

26 Maret 2023   08:42 Diperbarui: 26 Maret 2023   08:45 917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai umat Islam, janganlah sampai kita terjebak dalam perilaku hedonistik yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Islam menekankan pentingnya keseimbangan antara kepuasan jasmani dan spiritual, serta menjaga kesehatan fisik dan mental.

Sikap Cinta Dunia: Mengapa Kita Harus Menjaga Keseimbangan Antara Dunia dan Akhirat

Hubbud dunya atau sikap cinta dunia, adalah perilaku di mana seseorang memiliki kecenderungan untuk sangat mencintai dunia dan kehidupan duniawi. Atau mengutamakan keinginan-keinginan duniawi daripada kepentingan akhirat. Perilakunya dicirikan dengan keinginan untuk memperoleh harta dan kekayaan, mengejar kepuasan jasmani, serta mengutamakan status dan popularitas di mata orang lain. Orang yang sering update status tentang kemasan-kemasan dunia juga termasuk di dalamnya.

Perilaku ini bisa berasal dari rasa tidak puas dengan keadaan hidup. Kebutuhan akan keamanan dan kenyamanan. Atau karena dorongan untuk mendapatkan pengakuan dan kebahagiaan dari dunia luar. Dari perspektif psikologi Islam, perilaku ini bisa disebabkan oleh kurangnya kesadaran akan nilai-nilai agama dan kurangnya pengembangan spiritual.

Dampaknya ia jadi tidak fokus pada tujuan hidup yang sebenarnya. Yaitu untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Jadi tamak dan tidak berkepribadian, serta bisa merusak hubungan sosial dan keluarga.

Cinta dunia itu bentuk kelemahan iman dan kelalaian terhadap tanggung jawab keagamaan. Padahal kita diperintahkan untuk memperhatikan keimanan, ketaqwaan dan hal penting lainnya. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surat Al-Imran 3:14: "Telah ditanamkan pada manusia rasa indah dan cinta terhadap wanita, anak-anak, harta yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan lahan pertanian. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik".

Perilaku cinta dunia jelas bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang menekankan pentingnya mengutamakan kepentingan akhirat, dan menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat.

Cara Mengatasi Sikap Narsistik, Pamer, Hedonistik, dan Cinta Dunia dalam Perspektif Psikologi Islam

Dalam perspektif psikologi Islam, terdapat beberapa cara untuk mengatasi sikap negatif seperti narsisme, pamer, hedonisme, dan cinta dunia. Salah satu cara efektif adalah dengan meningkatkan kesadaran akan nilai-nilai Islam. Seperti menjaga keseimbangan antara kepentingan dunia dan akhirat. Menumbuhkan rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah, serta memperkuat hubungan spiritual dengan Allah.

Selain itu, untuk memperbaiki diri, penting untuk melakukan amalan-amalan baik seperti memperbanyak dzikir dan doa, bersedekah, dan menolong orang lain. Dalam mengatasi sikap negatif tersebut, juga perlu menghindari lingkungan yang berpotensi memperkuat perilaku negatif. Juga mengembangkan sikap introspeksi dan evaluasi diri secara teratur.

Banyak manfaat yang bisa kita dapatkan saat bisa mengatasi sikap negatif tersebut. Seperti meningkatkan kebahagiaan dan kepuasan hidup, memperbaiki hubungan sosial dan keluarga. Juga meningkatkan produktivitas dan kualitas hidup secara keseluruhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun