Sikap Pamer: Keinginan untuk Mendapatkan Pengakuan yang Berlebihan dari Orang Lain
Sikap pamer adalah perilaku di mana seseorang memiliki keinginan untuk mempertontonkan diri atau keberhasilan yang dimilikinya. Tujuannya, untuk mendapatkan pengakuan dan pujian dari orang lain. Beberapa ciri-ciri perilaku pamer adalah suka menunjukkan kekayaan atau benda-benda mahal yang dimilikinya. Memperlihatkan prestasi atau keberhasilan yang diraih. Perjalanan wisata pribadi dan keluarga. Atau sering berbicara tentang diri sendiri.
Alasan orang berpamerria bisa berasal dari rasa tidak percaya diri. Rendah diri yang ingin dibuktikan kepada orang lain, keinginan untuk dipuji dan diakui. Atau, rasa kurangnya perhatian dari orang lain. Dari perspektif psikologi Islam, perilaku pamer bisa disebabkan oleh kekurangan dalam pengembangan spiritual dan kesadaran akan Tuhan.
Dampak negatifnya, orang yang berpamerria bisa menjadi kurang dihargai oleh orang lain karena perilaku tersebut dianggap sombong dan tidak rendah hati. Bahayanya, perilaku ini bisa memicu rasa iri dan cemburu dari orang lain, sehingga merusak hubungan sosial. Bisa menimbulkan tekanan psikologis, dan bahkan bisa kecanduan untuk terus mempertontonkan diri kepada orang lain.
Perilaku pamer dalam Islam, dianggap sebagai bentuk kebodohan dan kelemahan karakter yang perlu dihindari. Ini perilaku yang sia-sia, karena tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surat Al-Hadid 57:23 : "Kami jelaskan agar kamu tidak bersedih terhadap apa yang hilang darimu dan janganlah terlalu gembira terhadap apa yang telah diberikan-Nya kepadamu. Allah tidak menyukai orang yag sombong dan membanggakan diri"
Sebagai umat Islam, janganlah kita sampai terjebak dalam perilaku ini. Pamerria itu bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang menekankan pentingnya kesederhanaan, kebersahajaan, dan menghindari perbuatan riya.
Sikap Hedonistik: Mencari Kesenangan Fisik dan Material
Sikap hedonistik adalah perilaku di mana seseorang memiliki kecenderungan untuk mencari kepuasan dan kesenangan fisik serta material yang sebanyak-banyaknya. Ciri-cirinya ditunjukkan dengan keinginan untuk selalu merasakan kesenangan. Menghindari rasa sakit atau ketidaknyamanan. Juga tidak memikirkan akibat dari tindakan hedonistik yang dilakukan.
Hedonistik bisa berasal dari rasa tidak puas terhadap keadaan hidup, kebosanan, atau rasa kurangnya kesenangan dalam hidup. Dari perspektif psikologi Islam, perilaku ini bisa disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam menjalankan kehidupan, dan kurangnya pengembangan spiritual.
Dampaknya, orang bisa jadi kurang produktif dan kurang berdaya dalam menghadapi tantangan hidup. Juga uga bisa merusak kesehatan mental dan fisik seseorang. Seperti kecanduan narkoba atau alkohol, dan bisa merusak hubungan sosial dan keluarga.
Dalam Islam, perilaku ini dapat dianggap sebagai bentuk keserakahan dan kelalaian terhadap tanggung jawab keagamaan. Sebagai manusia, kita diperintahkan untuk menikmati nikmat-nikmat yang diberikan Allah SWT dan mensyukurinya. Tetapi kita juga harus memperhatikan keseimbangan dan tidak melampaui batas. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah 2:168: "Hai manusia, makanlah makanan yang halal dan baik yang terdapat di bumi, serta jangan kamu mengikuti langkah-langkah seta. Sesungguhnya, setan itu musuh yang nyata bagimu".