Di dalam keluarga ini, sang ibu dan ayah sibuk dengan aktivitas dunia yang penuh hiruk-pikuk. Sang ibu, seorang sosialita yang berbisnis di dunia ini dan di usaha itu. Ia terus-menerus bergaya dalam pergaulannya. Sementara sang ayah, yang berkarir dengan gigih, mencari segala modus untuk menumpuk harta agar kekayaannya terus bertambah. Aset propertinya tersebar di mana-mana
Namun, di tengah-tengah kesibukan orang tua yang terlihat begitu mencolok, sang anak merasa tidak betah di rumah. Nakal dalam lingkungannya, suka berantem dan bermasalah. Akhirnya ia dikeluarkan dari sekolah, dan kampus malu dengan ulahnya. Lalu jejak gelap perilakunya jadi terbuka untuk semua.
Tetapi, di balik semua itu, apa sebenarnya yang di cari oleh sang anak? Bahagia, tentunya. Namun, kehidupan palsu yang dibangun oleh orang tuanya hanya membawa sengsara bagi sang anak. Sang ibu sibuk dengan pergaulannya yang glamour. Itu membuat sang anak terbawa ke mana-mana, mencari kasih sayang dan perhatian di luaran sana. Sementara sang ayah sibuk menumpuk harta, sang anak hanya pamer gaya semata.
Di saat sang ibu sibuk dengan gaya hidupnya di sosial media, sang anak berlaga dengan moge-nya. Sementara sang ayah sibuk dengan karirnya, sang anak hanya lenggang-lenggok berkendara muda tanpa arah yang jelas. Mereka semua sibuk dengan kehidupan mereka masing-masing. Mereka tak menyadari bahwa kebahagiaan sejati terkadang hanya bisa didapatkan dari hati. Bukan dari materi. Yaitu dengan memberikan perhatian dan kasih sayang kepada orang-orang terdekat di sekitar diri. Khususnya pada orang-orang yang terikat dengan darah dan kasih. Keluarga inti.
Ibu sibuk sosialita, ayah sibuk mengejar harta : bahagia anaknya ada dimana ?
Dalam keluarga yang terlihat begitu sibuk ini, terdapat sebuah pelajaran yang sangat berharga. Bahwa kebahagiaan sejati terkadang bisa ditemukan di dalam keluarga sendiri. Sang anak, yang telah terjebak dalam pergaulan yang keliru, sebenarnya hanya mencari kasih sayang dan perhatian dari orang tua dan keluarganya.
Tentunya, sebagai manusia, kita semua perlu memperjuangkan karir dan kekayaan. Namun, tidak boleh sampai kita melupakan nilai-nilai keluarga yang seharusnya menjadi prioritas utama dalam hidup kita. Menjadikan keluarga sebagai prioritas, tidak hanya akan membawa kebahagiaan bagi diri kita sendiri. Tetapi juga bagi orang-orang terdekat di sekitar kita.
Selain itu, sebagai makhluk ciptaan Tuhan, kita juga tidak boleh melupakan kedekatan dengan Tuhannya. Dalam hidup yang penuh dengan kesibukan, kita perlu meluangkan waktu untuk beribadah. Khususnya buat menguatkan hubungan hati, jiwa dan tangan dengan Tuhan. Dalam keadaan apapun, kita perlu selalu mengingat bahwa Tuhan itu penuh kasih dan sayang. Ia selalu ada untuk kita, siap memberikan cinta dan kasih sayang tanpa henti.
Dalam hidup ini, keluarga dan hubungan dengan Tuhan adalah dua hal yang sangat berharga. Sebagai manusia yang memiliki akal dan pikiran, mari kita jadikan keduanya sebagai prioritas dalam hidup kita. Dengan begitu, kita bisa meraih kebahagiaan yang sejati dan hidup dengan lebih bermakna. Bersama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H