Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Di Era Multi Disruptif, Karyawan Tak Lagi Jadi Aset Perusahaan?

30 Desember 2022   10:28 Diperbarui: 1 Januari 2023   12:45 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi karyawan kantor. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Karyawan itu, bukanlah aset. Pengertian aset yang saya tahu adalah penguasaan sumber daya yang dilegalisasi untuk dimanfaatkan dan diharapkan mendapat keuntungan ekonomi di masa depan. 

Aset juga bisa terjadi karena peristiwa masa lalu, transaksi atau pertukaran. Untuk mendapatkan aset, maka dikeluarkanlah biaya "pembelian", atau dibiayai untuk mendapatkannya melalui rekrutasi.

Aset sendiri adalah istilah, ungkapan, atau terminologi yang terlalu disederhanakan. Hanya fisik, tak ada jiwa. Hanya "sebuah hitungan", bukan "eksistensi dan kebermaknaan".

Lebih jauh, ada ahli yang menjelaskan bahwa aset itu bisa berbentuk aset tetap, maupun aset tidak tetap. Pada aset tetap, ada yang mengkategorikan sebagai aset tangible maupun intangible. Itu terasa akademistik, namun rasanya kurang realistik. 

Bagi saya pribadi, karyawan bukanlah aset. Karyawan adalah mitra sejajar dan strategis yang punya hati, minat, bakat, preferensi psikologis, potensi spiritual dengan segala potensi yang dimiliki oleh karyawan yang bersangkutan.

Jadi, pernyataan karyawan adalah aset, rasanya sebuah penyederhanaan berlebihan, dan cenderung angan-angan dan pemanis bibir saja di ruang publik. Di belakang itu, kita tak dapat menutup mata. Kualitas dan etos kerja karyawan yang baik, berkualifikasi, dan professional, itu susah didapat.

Tak sedikit orang-orang di departemen human capital dan bagian rekrutasi mengetahui benar dan jelas, bagaimana kondisi karyawan itu sekarang. Mereka punya tingkat kesulitan tersendiri untuk mendapatkan dan mempertahankan karyawan yang berkualifikasi, disiplin, kontributif, disiplin, loyalitas tinggi, tangguh, dan profesional.

Ungkapan karyawan adalah aset, seringkali saya temukan pada ucapan politisi di panggung publik. Atau pejabat yang sedang mencari dukungan atas kepemimpinan atau keberadaannya untuk menyenangkan karyawan-karyawannya. 

Bisa juga, itu timbul dari orang yang belum memahami bagaimana begitu rumit dan kompleksnya mengelola manusia dalam organisasi, dan tuntutan pekerjaan sesuai kontek di industrinya. 

Yang terjadi, seolah itu hanya lips service saja tanpa karya yang nyata, mengubah keadaan, dan dirasakan kebermanfaatannya oleh semua pihak secara benar, etik, dan berkeadilan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun