Wajar dan manusiawi, bila saya sekarang menemui banyak orang di Cianjur jadi paranoid kalau ada gempa. Terlebih anak-anak. Sedikit gempa susulan saja, mata mereka terbelalak dan siap lari. Ada yang belajar di pintu jendela, dan banyak yang tidur di luar rumah. Malah ada yang sengajar tidur pakai alas tipis, agar bila ada gempa susulan akan cepat terasa dan tidak terlena.
“Badan saya lemes Pak. Setiap malam, saya tidur dengan Mode Tidak Nyenyak. Saya set up otak saya seperti itu. Alas tidur juga saya pilih yang tipis, bantal juga saya pakai yang tipis. Kalau ngak begitu, saya takut ketiduran dan pulas. Saya khawatir kalau saya pulas, saat bangun, saya sudah di 'dunia lain'”, keluh seorang pemuda di sebuah toko elekronik.
Keluhan itu saya dapatkan saat siang tadi saat saya beli sesuatu di toko itu. Keluhan itu bukanlah keluhan yang mengada-ada. Namun real, kini jadi keluhan dimana-mana. Dalam bahasa sunda, hal ini disebut geugeumeueun, lebih kurang boleh disebut sebagai “agak parno” : paranoid.
Belum lagi, tak sedikit info di medsos yang ngeri-ngeri, dan selalu saja ada hoaks di dalamnya. Kalau tak hati-hati, maka kita akan sulit membedakannya. Mana berita yg benar, mana berita yang tidak benar alias hoaks.
Saat bencana terjadi, ada saja hoaks tentang dugaan gempa ("dugem"), menyebar di masyarakat. Tentu saja, kita harus percaya berita itu, selama berita itu keluar dari sumber resmi BMKG, lembaga resmi pemerintah lainnya, atau dari pakar yang diakui pemerintah. Diluar itu, jangan dipercaya !
Kini, saatnya kita menyadari mengenai fakta yang sesungguhnya mengenai negeri tercinta kita. Ya, statistik kegempaan, tsunami dan bencana alam memang tidak begitu menggembirakan di negeri ini. Indonesia sendiri merupakan negara yang rawan bencana geologi, khususnya gempa bumi.
Data ini perlu kita sikapi dengan bijak :
1. Empat lempengan bumi "reuni" di negeri ini : lempeng Indo-Australia, Eurasia, Pasifik dan lempeng Filipina, hingga berakibat pada aktivitas kegempaan dan vulkanik tinggi.
2. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat 10.519 frequensi gempa bumi di Tanah Air sepanjang 2021. Jumlah tersebut naik 25,7% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebanyak 8.368 frequensi gempa bumi.
3. 83% wilayah Indonesia adalah rawan bencana alam.