Manager muda itu sendiri sudah melakukan safari diskusi dengan intensif. Diskusi ama bawahan, rekan sekerja, atasan langsung, bagian terkait di kantor pusat, hingga mempelajari track record selama 6 semester terakhir. Hasilnya : tak banyak bisa mengubah keadaan ! Sesuatu yang ekstraordinari harus dilakukan.
Waktu terus berjalan. Dalam 3 bulan terakhir manajer muda ini menjabat, hampir tak ada perubahan signifikan. Lalu, saat sang Regmen ketemu di lapangan, tentu saja beliau gemes. Padahal segala upaya sudah dilakukan.
Dengan nada yang lembut, perlahan dan mantap, beliau menyampaikan ke manager muda itu, "Untuk itulah Mas dipekerjakan di sini. Coba pikirkan lagi bagaimana baiknya. Jangan hanya jadi anjing penjaga saja ya...".
Jleb. Kalimat terakhir ini, tentu saja bikin dia mikir keras 17 keliling. Hebatnya, sama sekali dia tidak tersinggung dengan perkataan itu. Malah dia makin tertantang.
Dia tahu, Sang Regman tidak bermaksud merendahkannya. Beliau hanya fokus dengan mindset dan cara kerja si manajer muda saja. Dia tetap respek dan loyal pada beliau. Beneran, tidak ada baper, dan tidak ada sakit hati sedikitpun.
Sekali lagi, itu benar-benar memicu dan memacu andrenalinnya. Karena dia yakin, sebagaimana yang dikatakan Mahatma Gandhi, "Tak ada yang menyakiti kita, kecuali kita mengizinkannya". Prinsip yang ia terapkan pada anak buahnya itu, kini harus ia terapkan pada dirinya sendiri.
Lalu, ucapan itu pun mengingatkan dirinya pada nasehat gurunya di kampung halaman. "Kalau kamu melakukan sesuatu dan tidak mengubah keadaan jadi lebih baik, lebih unggul, dan lebih bermakna, maka hanya ada 2 kemungkinan. Kamu ngak sungguh-sungguh serius, atau apa yang kamu lakukan itu tidaklah efektif".
Regman pun terus berkeliling dan memeriksa tempat di semua lantai. Berdiskusi ini itu, menyapaikan harapan dan temuan bagusnya di regional lain, dan menjelaskan kenapa itu berhasil. Si manajer muda itu pun sibuk mencatat. Ia punya ambisi yang sehat. Berpikirnya cepat, kreatif, dan sangat terbuka dengan kritik.
Katanya, kritik itu konsultan gratis yang dikirimkan Tuhan untuk dirinya. Sementara pujian baginya, tak boleh meninabobokan diri dan teamnya. Karena katanya, saat kita suka pujian, maka kita sudah siap untuk dibonsaikan. Bagus tapi kecil, dan kerdil.
Setelah berkeliling, memeriksa ini itu dan berdiskusi hampir 2 jam, Sang Regman pamit pulang. Lalu, beliau menepuk pundaknya dengan senyum khasnya yang hangat, tatapannya yang tajam, dan senyumnya yang dahsyat. Lalu beliau berkata:
"Ayo Mas, coba pikirkan ini lagi ya. Sungguh-sungguh, dan serius, nih. Mohon maaf, saya sekarang berada dalam puncak kesibukan. Saya belum ada waktu untuk bantu ini. Cukup saya 2 jam di sini, ya. Namun saya yakin, Mas bisa atasi ini, dan 2 minggu lagi nanti saya yang ke sini, atau telepon ya... Kapan saja boleh."