Penggalan-penggalan dari pengalaman, hasil belajar, dan diskusi itulah yang menginspirasikan saya untuk membuat tulisan ini. Maklumlah tidak sedikit diantara kita, suka lupa terhadap sebuah permasalahan hanya karena ada permasalahan baru.
Persis seperti kita lupa pada sebuah isu sensitif, hanya karena ada isu baru yang (berpotensi) meresahkan. Tentu saja, kita tidak mau menjadi bangsa pelupa dan melupalan sejarah (bangsa) kita sendiri.
Dalam tataran yang lebih kecil di departemen, divisi, perusahaan atau institusi kita, misalnya, permasalahan-permasalahan yang menjadi perhatian Divisi Risk Management tak jarang kurang mendapat atensi dan support dari para pemangku "kepentingan".
Ironisnya, atensi dan support akan diberikan berlebih--kalau tidak ingin dikatakan reaktif--justru saat kejadian dan risiko besar sudah benar-benar terjadi: Dapat claim, somasi dan tuntutan hukum, bahkan mendapat sorotan media dan organisasi internasional
Untuk itu, kita harus belajar dari berbagai sumber:
1. Belajar dari kejadian (incident dan accident) yang pernah terjadi.
2. Kita belajar dari kejadian yang terjadi di departemen, divisi, perusahaan atau institusi lain.
3. Kita belajar dari kejadian yang terjadi di industri lain yang bisa kita petik sistem peringatan dininya, pengukurannya, sistem pengawasannya --- dan aplikasinya.
4. Kita belajar dengan "mengasah gergaji" dari training, seminar dan workshop yang relevan dengan profesi yang sedang kita geluti.
5. Kita belajar dari para praktisi sukses yang telah melaksanakan best practice yang bagus 5 tahun terakhir dan diakui hasilnya.
6. Kita belajar dari informasi-informasi yang berserak di dunia maya, kajian akademik dan ilmiah, asosiasi profesi dan media massa.