Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

3 Kasus Besar Polri dan Risk Management

16 Oktober 2022   10:11 Diperbarui: 17 Oktober 2022   12:02 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penggalan-penggalan dari pengalaman, hasil belajar, dan diskusi itulah yang menginspirasikan saya untuk membuat tulisan ini. Maklumlah tidak sedikit diantara kita, suka lupa terhadap sebuah permasalahan hanya karena ada permasalahan baru.

Persis seperti kita lupa pada sebuah isu sensitif, hanya karena ada isu baru yang (berpotensi) meresahkan. Tentu saja, kita tidak mau menjadi bangsa pelupa dan melupalan sejarah (bangsa) kita sendiri.

Dalam tataran yang lebih kecil di departemen, divisi, perusahaan atau institusi kita, misalnya, permasalahan-permasalahan yang menjadi perhatian Divisi Risk Management tak jarang kurang mendapat atensi dan support dari para pemangku "kepentingan".

Ironisnya, atensi dan support akan diberikan berlebih--kalau tidak ingin dikatakan reaktif--justru saat kejadian dan risiko besar sudah benar-benar terjadi: Dapat claim, somasi dan tuntutan hukum, bahkan mendapat sorotan media dan organisasi internasional

Untuk itu, kita harus belajar dari berbagai sumber:

1. Belajar dari kejadian (incident dan accident) yang pernah terjadi.

2. Kita belajar dari kejadian yang terjadi di departemen, divisi, perusahaan atau institusi lain.

3. Kita belajar dari kejadian yang terjadi di industri lain yang bisa kita petik sistem peringatan dininya, pengukurannya, sistem pengawasannya --- dan aplikasinya.

4. Kita belajar dengan "mengasah gergaji" dari training, seminar dan workshop yang relevan dengan profesi yang sedang kita geluti.

5. Kita belajar dari para praktisi sukses yang telah melaksanakan best practice yang bagus 5 tahun terakhir dan diakui hasilnya.

6. Kita belajar dari informasi-informasi yang berserak di dunia maya, kajian akademik dan ilmiah, asosiasi profesi dan media massa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun