Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wow, Si Cantik Ini Jadi "Penyapu Ranjau"!

24 September 2021   15:00 Diperbarui: 25 September 2021   15:24 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : catatanbunda.com

Lalu ia membantu saya membawa saya pada mesin seperti ATM : CS Digital namanya. KTP saya ditempel di mesin itu, dan ternyata data saya belum link dengan data Dukcapil Kemendagri. Saya pun dipersilahkan duduk kembali dan menunggu antrian B-60 dari antrian B-54 yang sudah dipanggil.

Front Officer cantik ini pun, lalu sibuk berkeliling. Didadanya ada nama  lengkap dan dia mendekap papan kecil clipboard. Saya pun mengamati dengan seksama betapa bagusnya layanan pegawai-pegawai bank ini. 

Beberapa nasabah dari berbagai kursi oleh Si Cantik ini dikumpulkan di satu sudut ruang. Lalu, ia pun menyampaikan layanan dengan sigap dan bahasa tubuh yang antusias dan semangat kepada nasabah-nasabah itu. 

Rupayanya, si cantik ini tengah mengumpulkan nasabah-nasabah dengan keperluan yang sama dengan posisi melingkar, persis diskusi kelompok atau Focus Discusion Grup (FGD) bila dilihat dari jauh.

Wuih, bagus ini. Ada "penyapu ranjau" di antrian nasabah. Saya katakan "penyapu ranjau" karena orang sekarang itu cenderung tak sabar saat menunggu dan antri panjang. 

Si Cantik ini menyapu orang-orang yang berpotensi kesal menunggu dengan solusi nyata, sederhana, efektif, dan empatik. Bagi saya, customer atau nasabah yang kesal bila tidak dapat dilayani dengan baik, apik dan solutif, itu pasti jadi ranjau yang bisa "meledak" setiap saat.

Akhirnya nomor saya B-60 dipanggil. Bagi saya ini jadi momen penyempurna layanan di bank itu. Disana layanannya pun sama : ramah, santun, sigap, cepat, dan banyak berhamburan ucapan "MaMa TeSi Mohon ToMatnya". Kata "Mari, maaf, terimakasih, silakan, mohon, tolong dan selamat" sejak awal hingga akhir layanan, terus berhamburan. Sebuah adi layanan yang mengsankan.

Sayang, semua itu jadi kontras. Saat saya datang ke bank lain. Saya harus menunggu lebih dari 15 menit, tanpa kepastian berapa lama lagi saya harus menuggu lagi. 

Padahal disana hanya ada 2 nasabah, satu security, dan 2 front officer. Petugas bank lain pun datang, namun dia tak terlatih menyelesaikan masalah saya. Pimpinan bagian yang saya tuju sedang keluar, wakilnya juga sedang keluar. Kepala cabang sedang juga keluar.

Gila, ini orang-orang kunci dan senior di bank ini tak satupun bisa menyelesaikan keperluan saya ? Mengapa bank ini bergantung ke orang dan tidak bergantung pada sistem ? Kemana nih Manager on Duty-nya ? Ini cabang berjalan autopilot ? Koq Remote Working-nya ngak jalan ?

Yang jelas, masalah saya tak bisa diselesaikan dan diputuskan saat itu. Saya hanya tersenyum kecut-kecut manis, dan berguman dalam hati : "Pantesan bank ini sepi...". Hadeuh !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun