Limbah rumah tangga merupakan salah satu penyebab terjadinya penumpukan sampah. Sampah yang dihasilkan berupa sisa makanan atau juga biasa disebut dengan sampah organik. Sampah organik yang berasal dari limbah rumah tangga selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat. Padahal jika dikelola dengan baik maka sampah organik tersebut memiliki potensi untuk dijadikan sesuatu yang bermanfaat. Salah satunya adalah dikelola untuk dijadikan cairan Eco Enzyme yang memiliki nilai manfaat yang tinggi. Mahasiswa PPG Prajabatan Universitas Ahmad Dahlan bekerja sama dengan relawan Eco Enzyme untuk melakukan pengolahan sampah organik menjadi cairan Eco Enzyme bersama Ibu-ibu PKK Padukuhan Sorogenen II, Kalurahan Nomporejo, Kapanewon Galur, Kabupaten Kulon Progo yang berjumlah kurang lebih 30 orang . Kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari Minggu, 19 Maret 2023.
Kegiatan pelatihan dalam pemanfaatan sampah organik diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat Padukuhan Sorogenen II dalam mengelola secara mandiri limbah yang dihasilkan dari hasil pengelolaan pangan rumah tangga menjadi cairan multimanfaat Eco Enzyme. Cairan Eco Enzyme merupakan cairan yang dihasilkan dari proses fermentasi limbah organik berupa kulit buah-buahan dan sisa-sisa sayuran yang tidak berminyak, belum dimasak, dan tidak kering. Selain itu limbah yang digunakan juga harus diperhatikan yaitu berupa limbah organik yang belum membusuk.
Proses pembuatan cairan Eco Enzyme melalui beberapa tahap yang harus dilakukan. Bahan yang diperlukan adalah sampah organik, tetes tebu (molase), dan air. Untuk perbandingannya yaitu 1:3:10, yang artinya adalah 1 bagian molase, tiga bagian sampah organik, dan 10 bagian air. Untuk sisa buah atau sayuran yang digunakan, semakin banyak jenisnya maka akan semakin kaya hasil Eco Enzyme. Wadah yang digunakan adalah yang memiliki tutup bermulut lebar dan berbahan plastik. Ukuran wadah yang digunakan bisa berukuran besar maupun kecil. Sedangkan penggunaan wadah berbahan logam, kaca, dan yang memiliki tutup bermulut sempit tidak diperbolehkan. Hal tersebut dikarenakan wadah berbahan logam mudah berkarat, wadah berbahan kaca rentan pecah, dan wadah bermulut sempit rentan meledak. Tempat penyimpanan juga harus diperhatikan yaitu harus di tempat yang tidak terpapar secara langsung oleh sinar matahari agar tidak terjadi ledakan yang tidak diinginkan. Waktu yang dibutuhkan dalam proses fermentasi ini selama minimal 3 bulan untuk bisa dipanen.
Berdasarkan penuturan dari salah satu relawan Eco Enzyme, cairan multimanfaat tersebut dapat digunakan untuk mengobati luka, membersihkan kamar mandi, dan masih banyak lagi manfaat lainnya. Harapannya setelah dilaksanakan pelatihan ini dapat menumbuhkan minat dan semangat masyarakat khususnya di Padukuhan Sorogenen II untuk mengolah limbah rumah tangga menjadi cairan multimanfaat Eco Enzyme untuk mengurangi dampak negatif dari penumpukan sampah, khususnya sampah organik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H