[caption id="attachment_145690" align="aligncenter" width="640" caption="http://chemistry35.blogspot.com"][/caption] http://chemistry35.blogspot.com Galau menyusur jalan berbatu Terpelanting pada sebuah kata Malu Terbit dari sanubari yang terbuai pilu Melihat bangsaku terlupa sejarah lalu Tentang perjuangan dan pengorbanan para pendahulu -- Resah kata terendap rasa Melihat mereka yang terbaring di sana Jasad-jasad tertelan cacing dan serangga Seperti jasa mereka yang terlupa masa Hingga tahta buat katarak mata hati kita
--
Saat harta berkuasa Tak malukah kita pada Soedirman yang bergerilya Tak malukah pada jasad-jasad tanpa nama yang terbaring di sana Mereka berjuang untuk satu kata "MERDEKA" -- Saat khianat merasuk qolbu Tak malukah kita pada Soedirman yang berjuang dengan paru-parunya yang tak utuh Hingga kita bangga diperbudak nafsu Labrak norma dan jasa mereka dengan wajah membatu -- Atas nama solidaritas pelajar lempar batu Atas nama solidaritas pemuda perang kayu, hingga jasad terbujur kaku Sementara di masanya, mereka berjuang dengan senjata bambu Melawan penjajah dengan mimis-mimis menanti tubuh diterjang peluru
Ahh aku malu Pada Soedirman yang tak takut ngilu Pada Soepriyadi yang tak tentu pusaranya Pada nisan-nisan pejuang tak bernama Yang tergeletak tanpa pamrih apa-apa Hanya untuk satu kata "MERDEKA" -- Aku malu Kala Gayus bangga dengan harta korupsinya itu Kala pengadil hanya jadi boneka kayu, yang mengabdi pada kuasa semu -- Aku malu Kala muncul wajah-wajah Kahar Muzakkar baru Berkedok agama mengadu domba bangsaku Menebar kebencian atas nama syariah semu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H