Hari telah beranjak sore. Mataharipun semakin senang menarik bayang-bayang memanjang seperti karet yang tengah direntangkan. Dengan segera Sheptie dan Ana beranjak ke parkiran mobil di kampusnya yang terletak di ruko 3 lantai tersebut. Mereka menuju sebuah CRV yang anggun menanti saat untuk mengantar mereka berdua keliling kemana Sheptie dan Ana mau berjalan.
Tak sampai 5 menit, Sheptie telah memacu CRV silvernya membelah jalanan protokol di kota tersebut. Jalanan yang lengang memancing Sheptie untuk memacu mobil tersebut melebihi kecepatan yang biasanya digunakan. Tiada terasa angka di speedometer telah menunjuk angka 105km/jam.
"Priitttt... prittttt" tiba-tiba terdengar suara peluit dari Polantas yang sedang mengatur semerawutnya lalu lintas di sebuah perempatan. Sheptie semakin tertegun saat polisi tersebut memberi tanda kepadanya untuk menepi, sedang di depan sana tampak beberapa polisi tengah melakukan hal yang sama terhadap beberapa pengguna jalan di depannya. Segera Sheptie pinggirkan mobilnya.
" Selamat sore mbak, bisa saya lihat SIM dan kelengkapan surat mobilnya mbak " Sapa polisi tersebut dengan ramah. Tapi terkesan logat jawanya yang sangat medok. Dengan tenang Sheptie memberikan STNK dan SIM-nya ke polisi tersebut.
" Mbak tahu kenapa mbak saya suruh menepi? " tanya polisi tersebut. Mata Sheptie sempat membaca nama yang tertera bagian kiri dadanya " Sutedjo". Wah ini pasti oranga jawa totok nih bathin Sheptie.
" Tidak pak? Emang kenapa ya pak? " Sheptie mencoba bertanya untuk mencari jawab atas ketidak tahuannya.
" Mbak telah melanggar peraturan dalam berkendara "
" APa yang salah pak. Semuanya komplit nih ? " Jawab Sheptie.
" Iya emang kelengkapan anda komplit, tapi ada satu yang terlupa dari anda. Dan itu menjadi alasan saya tuk menilang anda. " jawab Polisi tersebut.
" Terlupa apa pak?"
" Anda tidak menggunakan Safety Belt" Jawab polisi tersebut dengan logat jawanya yang masih medok, sehingga yang terdengar oleh Sheptie jika polisi tersebut menyebutnya dengan nama Sheptie.