tidak bisa dipungkiri semakin majunya sebuah peradaban semakin rentan pula eksistensi keberadaan budaya-budaya lama. eksistensi bahasa daerah yang dalam hal ini adalah bahasa jawa juga mengalami kepunahan. hal ini dibuktikan semakin jarangnya penutur bahasa jawa aktif dikalangan anak-anak muda usia 17 sampai 21 tahun. salah satu sebab yang menjadikan bahasa jawa semakin tersingkir eksistensinya adalah karena dianggap salah satu bahasa yang sulit dipelajari. banyaknya ragam dan tingkatan bahasa yang ada di dalam bahasa jawa menyebabkan generasi muda cenderung malas untuk belajar.
pemerintah melalui kementrian pendidikan dan kebudayaan sebenarnya juga sudah berusaha mengantisipasi agar eksistensi bahasa jawa jangan sampai mengalami kepunahan. namun fakta yang ada dilapangan berbeda dengan harapan.
ada beberapa hal yang menyebabkan kurang berhasilnya program pemerintah ini. pertama, pola asuh dan pendidikan anak di keluarga pada saat ini cenderung mengikuti arus modernisasi. maksudnya penggunaan bahasa di lingkungan keluarga menggunakan bahasa nasional. jadi secara tidak langsung proses pengenalan bahasa jawa di lingkungan keluarga menjadi tertunda. kedua, kurikulum muatan lokal yang ditetapkan oleh pemerintah sifatnya opsional. maksudnya meskipun wajib ada tetapi pada praktek di lapangan berbeda dengan mata pelajaran nasional. jadi bisa dibilang mata pelajaran muatan lokal sifatnya hanya pelengkap saja.
bola panas eksistensi bahasa jawa sudah mulai menggelinding. apakah akan berlanjut atau kah akan mengalami kepunahan semua tergantung pada masyarakat itu sendiri khususnya masyarakat suku jawa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H