Sebelum bicara, sebelum menasehati orang lain, biasakanlah untuk bercermin, bukan supaya terlihat gagah atau cantik, tapi supaya sadar diri dan introspeksi, apakah kita semua sudah cukup pantas untuk menasehati dan memberi wejangan ke orang lain?
Ketika kita menunjuk orang lain dengan jari kita dan berkata, kamu salah, kamu tidak boleh seperti itu, sejatinya kita sedang memberi peringatan kepada diri sendiri untuk lebih baik dari mereka, dan tidak melakukan kesalahan yang sama.
Orang cenderung mengikuti berdasarkan sesuatu yang terlihat secara nyata, bukan hanya wejangan-wejangan sok bijaksana yang hilang seiring selesainya nasehat tersebut diberikan.
Nasehat yang baik seharusnya diiringi dengan contoh yang baik, pun kritikan dan masukan terhadap kesalahan seseorang. Kritikan terhadap koruptor misalnya, sebelum mengkritik, harus lebih dulu intropeksi diri, seberapa banyak korupsi yang kita lakukan, apakah kita juga melakukan bentuk korupsi-korupsi yang lain, seperti misalnya korupsi waktu, korupsi janji, dan bentuk-bentuk korupsi lainnya.
Jika jawabannya iya, mending diam, intropeksi diri dari pada hanya menjadi pepesan kosong yang akan diabaikan orang lain. Bisa jadi pada waktu yang lain, saat kita memiliki kesempatan, korupsi yang kita lakukan lebih besar dari koruptor tersebut.
Di lingkungan organisasi juga sama, kritikan seorang atasan kepada bawahan tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Begitu juga masukan dari seorang bawahan kepada atasannya, harus disampaikan dengan cara yang baik, supaya tujuan yang hendak dicapai tidak mengganggu hubungan baik yang telah terjalin.
Orang tua saya bilang, jangan jadi “Jarkoni”, Mung iso ujar, tapi ora iso nglakoni [Hanya bisa bicara, tapi tidak bisa melakukan]. Walaupun gampang mengucapkannya tapi memang sungguh susah melakukannya. Karena biasanya lebih mudah melihat gajah di seberang lautan, daripada semut didepan mata.
Inilah yang banyak terjadi, banyak orang memberi nasehat kepada orang lain, tapi mereka sendiri tidak melakukannya dengan baik. Pantas saja jika nasehat yang diberikan hanya menggema di saat diberikan, tapi minim dilaksanakan.
Jadi mulai dari sekarang, sebelum menasehati orang lain, nasehatilah diri sendiri, jika berhasil baru perluas kepada orang lain. Jika belum, mari intropeksi diri sekali lagi. Apakah nasehat tersebut sudah kita lakukan dan laksanakan dengan baik?
Cikarang/25 Maret 2012 20.41
Nasehati diri sendiri, sebelum menasehati orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H