Mohon tunggu...
Agung Wibowo
Agung Wibowo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Masih belajar menulis, mencurahkan isi pikiran, buat perkembangan diri sendiri, jika bermanfaat bagi orang lain, itu adalah bonus buat saya, Selamat menikmati, mohon masukkannya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Konsep Kebahagiaan Seperti Apa Yang Anda Inginkan?

13 Oktober 2012   21:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:52 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Berbicara mengenai kebahagiaan dengan beberapa rekan, penulis sampai pada kesimpulan bahwa konsep kebahagiaan bagi setiap orang berbeda-beda dan sangat bervariasi. Jika ada 10 orang yang diberi pertanyaan, konsep kebahagiaan seperti apa yang ada di pikiran anda, niscaya jumlahnya bisa lebih dari 10 konsep. Terlebih lagi jika 1 orang memiliki konsep kebahagiaan yang lebih dari satu.

Semua orang sepakat, bahwa kebahagiaan itu penting dalam kehidupan sehari-hari. Kerasnya kehidupan, beratnya beban yang dipikul membuat orang berlomba-lomba mencari obat dalam bentuk kebahagiaan. Ada yang berpikir bahwa dengan materi yang banyak dan kekayaan yang melimpah, dengan mudahnya kebahagiaan tersebut bisa didapatkan. Sebagian bisa jadi benar, tapi tidak semuanya bisa.

Ada juga yang meyakini bahwa kebahagiaan berbanding lurus dengan jabatan tinggi yang sedang dipegang. Tingginya jabatan berarti akan mendapatkan banyak penghormatan dari anak buah, dan atau orang lain yang memiliki kepentingan terhadap jabatan tersebut. Sah-sah saja berpikir seperti itu, karena sama seperti materi, jabatan juga bisa dijadikan sebagai sumber kebahagiaan.

Konsep kebahagiaan yang dianut oleh orang-orang seperti itu adalah kebahagiaan materi. Kebahagiaan berbanding lurus dengan materi. Terlihat sederhana, padahal tidak semudah itu mengambil kesimpulan. Penulis sering melihat orang kaya yang selalu terlihat murung, sedih dan tertekan. Banyak juga orang yang biasa saja tetapi selalu senyum, semringah dan terlihat menarik di orang lain

Bahagia karena kaya, bahagia karena jabatan, atau karena alasan-alasan yang lain, adalah beberapa konsep kebahagiaan yang berkembang di masyarakat kita. Kecenderungan memilih konsep kebahagiaan seperti itu memang wajar dan fakta yang ada menunjukkan seperti itu. Bahkan terkadang, demi memperoleh kebahagiaan, banyak orang-orang rela untuk melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan. Padahal materi dan kekayaan tersebut adalah salah satu cara untuk mencapai kebahagiaan, bukan tujuan.

Bagi penulis, tidak ada yang lebih membahagiakan hati selain bisa membahagiakan orang lain. Apalagi membahagiakan orang-orang terdekat dengan kita semua. Begitulah konsep kebahagiaan yang selama ini diyakini oleh penulis. Tidak muluk-muluk, tidak memerlukan pengorbanan yang besar, hanya sedikit kerelaan dan keikhlasan untuk mendahulukan kepentingan orang lain diatas kepentingan diri sendiri.

Kebahagiaan bukanlah sesuatu yang sulit dicari, terkadang hanya dengan sedikit meluangkan waktu disela kesibukan sehari-hari, kebahagiaan itu bisa kita dapatkan. Asalkan kita tidak mematok kebahagiaan tersebut sebagai sesuatu yang mahal, susah dijangkau dan mengada-ada.

Jadi buat yang masih mencari konsep kebahagiaan, mulailah dengan melihat lebih detail apa yang ada disekitar kita. Keluarga, orang tua, anak, istri, tetangga dan orang lain disekitar kita. Lihatlah mereka, apa yang bisa kita berikan kepada mereka. Tidak hanya memberi materi, tetapi juga bisa perhatian, kasih sayang, waktu dan banyak hal lainnya. Tidak selalu harus bernilai, cukuplah memberi dengan tulus ikhlas, niscaya kebahagiaan yang dirasakan orang lain karena perbuatan kita, akan memberi kebahagiaan kepada diri kita sendiri.

Selamat berbahagia.. Selamat membahagiakan orang lain.

Cikarang, 12 Oktober 2012, 23.24

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun