Mohon tunggu...
Agung Wibowo
Agung Wibowo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Masih belajar menulis, mencurahkan isi pikiran, buat perkembangan diri sendiri, jika bermanfaat bagi orang lain, itu adalah bonus buat saya, Selamat menikmati, mohon masukkannya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jangan Menyerah, Teruslah Berusaha

26 Oktober 2013   20:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:00 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Masih ingatkah saat kita masih kecil dan baru belajar jalan, apakah kita langsung bisa berjalan dikesempatan pertama kita mencobanya? Jawabnya pasti tidak. Ada proses yang harus dilalui oleh anak kecil yang hendak belajar berjalan. Mulai dari mencoba berdiri kemudian melangkah sambil berpegangan tangan kepada ibu atau bapaknya, sampai akhirnya mencapai keseimbangan dan bisa berjalan dengan lancar.

Atau masih ingatkah saat kita belajar naik sepeda waktu kita masih kecil, walaupun terlihat gampang, diawal pasti kita pernah merasakan jatuh karena kehilangan keseimbangan. Badan memar atau kaki lecet adalah resiko yang harus diterima oleh kita yang sedang belajar naik sepeda. Sampai akhirnya kita bisa dengan perlahan-lahan mengayuh sepeda itu dan bisa menjaga keseimbangan supaya bisa berjalan dengan lancar.

Saat kita melakukan sesuatu, entah itu sekedar belajar jalan, atau belajar naik sepeda, ada proses yang harus dilalui. Proses itu terkadang menyakitkan. Jatuh bangun itu hal yang biasa. Justru memberitahu kita mana cara yang benar dan mana cara yang salah. Dari sanalah kita belajar dan mengulangi dengan cara lain sampai akhirnya menjadi berhasil.

Itu dulu, bagaimana dengan sekarang? Dalam kehidupan sehari-hari, ada banyak keinginan kita, entah itu ingin karir bagus, ingin sekolah yang tinggi, ingin harta berupa materi yang banyak dan berbagai keinginan lainnya. Apakah kita bisa seulet seperti kita masih kecil, saat kita belajar jalan misalnya? Cobalah direnungkan beberapa hal yang membedakan kita dulu dan sekarang. Baru kemudian menjawab pertanyaan tadi.

Yang pertama, dulu waktu masih kecil, kita hampir tidak pernah mengenal rasa takut. Karena masih polos dan belum mengerti resikonya, sehingga rasa takut itu tidak muncul dan mendominasi. Bandingkan dengan sekarang, apakah justru rasa takut dari dalam diri yang lebih mendominasi. Saat hendak memulai usaha misalkan, yang dipikirkan pertama kali adalah apakah usaha itu nanti akan berhasil dan resiko-resiko kegagalan yang mungkin muncul. Rasa takut itu meningkat seiring dengan resiko yang dimengerti oleh kita.

Yang kedua, saat masih kecil apa yang kita lakukan ketika gagal, misalkan jatuh dari sepeda saat sedang belajar. Sederhana saja yang dilakukan. Mencoba lagi sampai berhasil. Awalnya mungkin dengan cara yang sama. Saat masih gagal juga lalu mencoba dengan cara yang berbeda sampai berhasil.

Bagaimana dengan kondisi sekarang, apa yang dilakukan saat kita gagal. Yang paling banyak dilakukan adalah mencari kambing hitam atau alasan penyebab kegagalan. Lebih sering lagi mencoba menyalahkan orang lain terlebih dahuku sebelum memperbaiki diri. Parahnya karena menganggap kesalahan ada diorang lain dan tidak bisa diperbaiki, akhirnya tidak mau mencoba lagi sampai berhasil.

Yang ketiga, dulu waktu masih kecil ada banyak dukungan dari orang-orang terdekat kita saat kita mengalami kesulitan atau kegagalan. Orang tua kita akan selalu menyemangati saat kita terjatuh dari belajar jalan atau naik sepeda. Motivasi kita menjadi terangkat dan karena motivasi yang tinggi dari diri sendiri dan dukungan dari orang orang itulah akhirnya kita bisa berhasil.

Bagaimana dengan sekarang, saat kita hendak melakukan sesuatu, apa respon dari orang-orang terdekat kita. Jawabnya beragam, tapi yang biasanya pertama kali disebutkan adalah mengenai kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi. Bukannya menyemangati tapi malah justru melemahkan semangat. Kata- kata seperti : itu tidak mungkin, atau dulu pernah dilakukan tapi gagal sering keluar dari orang-orang disekitar kita.

Setelah membaca uraian diatas, silahkan menilai diri sendiri, apakah kita seulet kita waktu masih kecil?. Apakah kita bisa jatuh dan bangkit lagi dengan semangat yang lebih besar untuk mencapai tujuan waktu kita masih kecil?. Apakah kita bisa mengintrospeksi diri terlebih dulu daripada menyalahkan orang lain disekitar kita saat gagal?. Bagaimana dengan dukungan dari orang-orang terdekat disekitar kita? Apakah bisa memberi tambahan semangat atau malah sebaliknya?

Diri kita yang sekarang berbeda dengan diri kita waktu masih kecil, didikan orang tua, pengaruh lingkungan dan keluarga berpengaruh penting terhadap diri kita yang sekarang. Yang ingin kembali ulet seperti waktu masih kecil teruslah berusaha untuk menghilangkan rasa takut yang berlebihan, teruslah introspeksi diri dan seringlah bergaul dengan orang-orang dengan pikiran yang positif. Dengan itu kita akan menikmati proses yang sedang berjalan dengan semangat tinggi menuju keberhasilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun