"Tuhan tidak merobah nasibnya suatu bangsa, sebelum bangsa itu merobah nasibnya" (Bung Karno - Pidato HUT Proklamasi, 1964).
Kita bisa juga cek di teks yang lebih tua. Misalkan dalam kutipan di bawah ini.
"maka vakcentraale Persatoean Perkoempoelan Kaoem Boeroehberikhtiar mendapatkan kekoeasaan boeat meroebahperi penghidoepan itoe dengan melaloei djalan kodratnja sendiri." (Soerjopranoto dalam kongres CSI IV di Surabaya Oktober-November 1919).
Hingga kini, kata "merubah" muncul karena peninggalan zaman dulu dan terus-menerus digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Lantaran sering digunakan, secara alam bawah sadar kita menganggap "merubah" itu benar. Padahal, sekarang sudah banyak sekolah-sekolah yang mengajarkan dalam bahasa Indonesia bahwa "merubah" adalah bentuk salah atau tidak baku dari kata "mengubah".
Tidak mungkin kan kita terus-menerus "menjadi rubah" (arti sebenarnya "merubah" secara pembentukan kata meN+rubah). Mari kita perbaiki penggunaan bahasa Indonesia dari hal-hal kecil, seperti tidak lagi menggunakan "merubah" dan diganti "mengubah".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H