Puisi: Jejak Luka dan Keindahan
Bait 1:
Lelaki itu menyimpan luka di balik rapi huruf,
Menjadikan puisi sebagai tempat berlindung.
Bersama kopi pekat, ia merajut kata demi kata,
Menuangkan pikiran yang riuh dalam jiwa yang berisik.
Bait 2:
Di malam yang sunyi, bait-bait puisi dibacakan,
Suaranya lirih, tersembunyi dalam keheningan.
Kepada Tuhan ia mengadukan rasa,
Mencari kedamaian di tengah badai yang menerjang.
Bait 3:
Takdir mengajarkannya bahwa hidup tak pernah diam,
Ombak yang selalu bergerak, tak mengenal lelah.
Meskipun mereka pergi, jejak mereka tetap terukir,
Membuatnya teringat bahwa manusia penuh keterbatasan.
Bait 4:
Namun, di balik keterbatasan itu, ada keindahan yang menanti,
Keindahan yang terpancar dari setiap momen dalam hidup.
Lelaki itu belajar untuk menerima luka dan kesedihan,
Dan menemukan kekuatan dalam setiap tetes air mata.
Bait 5:
Puisi menjadi saksi bisu perjalanannya,
Menemani setiap langkahnya, di saat senang maupun duka.
Di dalam puisi, ia menemukan makna dan arti kehidupan,
Bahwa hidup adalah sebuah perjalanan yang penuh dengan pelajaran.