Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kapal Warisan dan Rakit Keringat

18 Juni 2024   04:04 Diperbarui: 18 Juni 2024   04:36 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jangan kau hina rakit sang insan,
Merakit bahtera keluarga tercinta.
Meski sederhana, penuh pengorbanan,
Dibangun dengan kristal keringat kerja keras.

Berbeda dengan kapal pesiarmu,
Warisan gemilang dari leluhur.
Meski megah dan penuh pesona,
Tak sehangat cinta dan doa di dalamnya.

Lihatlah tangannya yang kasar,
Bekas palu dan paku yang tak terhapus.
Dengarlah deru nafasnya yang terengah,
Kisah perjuangan yang tak ternilai.

Jangan kau bandingkan dengan warisanmu,
Karena setiap tetes keringat punya makna.
Rakit itu simbol kasih sayang,
Membawa keluarga menuju masa depan cerah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun