Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nyawa Pagi

7 Juni 2024   10:10 Diperbarui: 7 Juni 2024   10:31 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi: Nyawa Pagi

Nyawa pagiku bersama mentari pagi,
Aku takut menjadi "sekadar hadir" di dalam ceritamu.
Yang datang tanpa kesan, pergi tak meninggalkan arti.
Tidak bermakna.

Hilang ditelan waktu, pudar tergantikan oleh yang baru.
Tapi ku ingin menjadi lebih dari sekadar bayangan,
Menyinari langit hatimu dengan cahaya kehadiran,
Meninggalkan jejak yang abadi, walau dalam senyap.

Jejak Cahaya di Langit Hati

Nyawa pagi bersatu dengan mentari yang bersinar,
Menyapa dunia dengan penuh semangat dan harapan.
Namun, rasa takut menyelimuti jiwa,
Takut menjadi "sekadar hadir" di dalam ceritamu.

Datang tanpa kesan, pergi tanpa makna,
Hilang ditelan waktu, bagai debu yang tertiup angin.
Keinginan membara, melampaui bayangan semu,
Menyinari langit hatimu dengan cahaya kehadiran.

Bukan sekadar hadir, tapi menjadi bagian yang berarti,
Meninggalkan jejak abadi, walau dalam senyap.
Menjadi bintang yang bersinar terang di malammu,
Membimbing langkahmu dalam perjalanan yang penuh misteri.

Melampaui batas waktu, menembus dinding keraguan,
Menjadi melodi indah yang menyentuh hatimu,
Memberikan ketenangan dan kedamaian di setiap detiknya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun