Judul: Budak Kemalasan
Pikiran cemerlang, bagai berlian berkilau,
Mampu mengukir karya, indah dan memukau.
Namun terbelenggu tubuh malas, lemah dan tak berdaya,
Menjadi budak, terkungkung dalam nestapa.
Istirahat sebelum lelah, bagai racun yang mematikan,
Menghalangi langkah, menuju puncak kejayaan.
Potensi yang terkubur, bak harta karun tersembunyi,
Tak tersentuh, tak tergali, bagai tak berarti.
Oh, jiwa yang merana, terbelenggu nafsu,
Bangkitlah dan lawan, rasa malas yang menggerogoti.
Gunakan kekuatanmu, raihlah cita-citamu,
Jangan biarkan dirimu, menjadi budak yang tak berarti.
Tubuh memang perlu istirahat, untuk memulihkan tenaga,
Namun jangan jadikan alasan, untuk berdiam diri dan tak berusaha.
Seimbangkan antara pikiran dan raga,
Kerja keras dan istirahat, agar hidup tak sia-sia.
Ingatlah wahai insan, waktu terus berputar,
Tak ada yang menanti, kesempatan yang terbuang percuma.
Bangkitlah dan bersinar, tunjukkan potensimu,
Jadilah mercusuar, bagi mereka yang masih terbelenggu.
Pikiran cemerlang, adalah anugerah yang tak ternilai,
Gunakanlah dengan bijak, untuk kebaikan dan kemuliaan.
Jangan biarkan dirimu, menjadi budak kemalasan,
Raihlah mimpimu, ukirlah sejarah dengan gemilang.
Bersatulah wahai insan, lawanlah rasa malas,
Bangkitlah bersama, raihlah masa depan yang cemerlang.
Dunia menanti karyamu, dunia menanti idemu,
Tunjukkan bahwa manusia, mampu mengukir keajaiban.
Ingatlah selalu, wahai jiwa yang berkobar,
Keberhasilan tak diraih dengan mudah, tanpa perjuangan.
Teruslah berkarya, teruslah berjuang,
Sampai mimpimu tercapai, dan hidupmu penuh makna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H