Judul: Elegi Ibu Pertiwi
Pohon tumbang, jalan setapak melebar,
Pesawahan sirna, gedung menjulang bagai raksasa.
Siulan manusia memecah sunyi,
Membawa asap polusi, menodai langit biru nan bening.
Burung berkicau merdu, bebas menari di angkasa,
Tapi sayapnya tercoreng asap hitam, polusi merajalela.
Desa berubah menjadi kota, tradisi terlupakan,
Tergilas roda waktu, tergerus arus modernisasi.
Oh, Ibu Pertiwi, di manakah keindahanmu yang dulu?
Udara segar, tanah subur, dan hutan lebat nan rimbun?
Kini hanya tinggal kenangan, terkubur dalam hiruk pikuk kota.
Bagaimana cara melestarikanmu, Ibu Pertiwi?
Agar anak cucu merasakan indahnya alam ciptaan-Mu?
Mampukah kita menjaga keseimbangan ekosistemmu?
Melawan polusi dan kerusakan yang terus menggerogoti?
Tradisi lokal, warisan budaya leluhur,
Jangan biarkan punah ditelan zaman.
Lestarikan dan pelihara,
Agar identitas bangsa tak terlupakan.
Mari bergandengan tangan, bersatu padu,
Melestarikan Ibu Pertiwi untuk masa depan.
Tanamlah pohon, jaga kebersihan,
Lindungi alam, demi anak cucu tercinta.
Ibu Pertiwi, maafkan kami atas kelalaian kami.
Kami berjanji untuk menjagamu,
Melestarikan keindahanmu,
Demi masa depan yang lebih cerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H