Matahari terbenam, sayatan jingga di ufuk barat,
Langit merona, namun hati terasa perih dan berat.
Burung-burung pulang, menuju sarang yang sunyi,
Senja ini getir, membawa kenangan yang pahit tak terperi.
Angin senja berbisik, seolah lirih bercerita,
Tentang mimpi yang sirna, janji yang terlupa.
Bayang pohon memanjang, bagai duka yang kian dalam,
Senja ini getir, air mata mengalir tanpa henti di kelopak mata.
Debur ombak memecah di pantai sunyi,
Irama pilu berpadu dengan sayup sayup tangis hati.
Dulu kita bersama, di pantai ini kita menjanjikan cinta,
Kini senja hanya menyisakan jejak cerita yang nestapa.
Cahaya senja kian redup, bintang-bintang mulai terlihat,
Namun binar harapan seolah ikut menghilang tertelan malam pekat.
Senja ini getir, perpisahan menusuk jiwa tanpa ampun,
Meninggalkan luka menganga, dan rindu yang tak berujung.
Namun, di ufuk timur sana, meski samar,
Ada setitik cahaya yang mulai tampak benderang.
Malam ini mungkin gelap, namun fajar pasti akan datang,
Senja yang getir ini semoga menjadi awal dari sebuah harapan yang baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H