Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mengampuni dan Menyembuhkan

15 April 2024   00:24 Diperbarui: 15 April 2024   00:26 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Judul: "Mengampuni dan Menyembuhkan"


Dalam riuhnya kata-kata yang menusuk hati,
Kita mencari ketenangan dalam deru kehidupan.
Mengampuni, bukanlah menghidupkan kembali luka yang lama,
Melainkan menyembuhkan dengan cinta yang tulus.

Perkataan orang lain, seringkali seperti duri yang menusuk,
Namun dalam momen mengampuni, kita menemukan kedamaian.
Luka batin tersembuhkan, di dalam pangkuan kasih yang mengalir,
Tak lagi terjebak dalam belenggu kebencian dan amarah.

Kebencian dan frustrasi, menjadi beban yang berat,
Menyulitkan langkah, merintangi kedamaian dalam diri.
Namun dengan merelakan, dengan memaafkan,
Kita melepaskan diri dari belenggu yang membelenggu.

Sehatkan jiwa ragamu, di tengah lautan kekhawatiran,
Dengan menemukan ketenangan dalam diri yang terdalam.
Karena kelelahan bukan hanya dari pekerjaan,
Namun juga dari beban pikiran yang menyesakkan.

Dalam momen mengampuni, kita menemukan kekuatan,
Untuk melangkah maju, dalam cahaya harapan yang bersinar.
Tenangkan diri, sehatkan jiwa ragamu,
Dengan mencintai dan mengampuni, kita menemukan kedamaian yang sejati.
Tenangkan diri, sehatkan jiwa ragamu,
Saat terhempas oleh perkataan yang menusuk hati.
Momen mengampuni, momen menyembuhkan luka batin,
Bukan untuk membuka luka yang lama, namun untuk menyembuhkan dengan cinta.

Perkataan orang lain, kadang menusuk lebih dalam,
Daripada luka fisik yang terasa nyata.
Namun dalam momen mengampuni, kita menemukan kedamaian,
Dan dalam kedamaian itu, tersembuhkan luka yang terpendam.

Kebencian dan frustrasi, seperti beban berat yang kita pikul,
Menguras energi, mengikis kedamaian dalam diri.
Namun dengan memaafkan, dengan merelakan,
Kita membebaskan diri dari belenggu rasa sakit yang membelenggu.

Sehatkan jiwa ragamu, dengan mengampuni dan mencintai,
Bukan untuk orang lain, tapi untuk dirimu sendiri.
Bersantailah, renungkanlah, dan temukan kedamaian,
Di tengah riak-riak kehidupan yang kadang tak terduga.

Karena sejatinya, kelelahan pikiran, fisik, dan jiwa,
Bukan hanya dari pekerjaan, tapi juga dari beban pikiran yang tak kunjung hilang.
Mengampuni, menyembuhkan, itu langkah awal,
Menuju kedamaian yang sejati, dalam hati yang bersih dan penuh kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun