Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Melodi Pagi: Selimut Duka di Hari nan Fitri

10 April 2024   07:31 Diperbarui: 10 April 2024   07:39 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Selamat Jalan, Mas

Pagi datang dengan selimut duka,
Di hari yang penuh ampunan nan fitri.
Selamat jalan, Mas, pergi menjelang senja,
Bersama semerbak wanginya bunga tabur.

Bau dupa dan ratus doa membumbung,
Ke angkasa, melapangkan jalanmu kepada Bapa.
Sungguh, sungguh terpanjatkan doa,
Untukmu, yang pergi menuju surga yang suci.

Melodi Pagi: Selimut Duka di Hari Fitri

Pagi ini, di hari yang penuh ampunan,
Selimut duka menyelimuti hati yang pilu.
Mas, kau telah pergi meninggalkan kami,
Meninggalkan kenangan yang tak terlupakan.

Semerbak wangi bunga tabur,
Menemani kepergianmu yang damai.
Bau dupa dan ratus yang membumbung ke atas,
Mengantarkan doa kami ke surga yang indah.

Doa yang tulus dan penuh harap,
Melapakan jalanmu menuju Bapa di surga.
Semoga kau tenang di alam sana,
Dan selalu dilimpahi rahmatNya.

Hari Fitri ini, seharusnya menjadi hari penuh suka cita.
Namun, kepergianmu meninggalkan luka yang mendalam.
Kami merindukan senyumanmu yang tulus,
Dan tawamu yang selalu menghangatkan hati.

Meskipun kau telah tiada,
Kenangan tentangmu akan selalu hidup di hati kami.
Kau akan selalu menjadi bagian dari keluarga ini,
Dan takkan pernah terlupakan.

Selamat jalan, Mas.
Semoga kau beristirahat dalam damai.

Langit biru memeluk perpisahan,
Namun kenangan tentangmu tetap abadi.
Selamat jalan, Mas, pergilah dengan damai,
Di hari yang penuh ampunan nan fitri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun