Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Melodi Kritis: Membangun Jiwa yang Kuat

9 April 2024   17:59 Diperbarui: 9 April 2024   18:25 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pilihan Kritis"

Saya lebih memilih kritik yang tajam,
Terhadap mereka yang cerdas dan berani.
Dibanding persetujuan massa yang mengambang,
Yang tak berpikir panjang, dan sering tanpa arah.

Kritik yang tajam, kilat di kegelapan,
Menyoroti kelemahan, mendorong ke arah terang.
Membangun dari keretakan, menyempurnakan diri,
Menghadapi kebenaran, tanpa menyamar atau berpura.

Kritik yang tajam, tidaklah lembut,
Namun menimbulkan refleksi, memicu pertumbuhan.
Ia adalah bimbingan, bukan hukuman,
Mengukir karakter, memperkaya jiwa.

Persetujuan massa, kadang hanyalah bayangan,
Yang terombang-ambing di lautan opini.
Tanpa pemikiran panjang, tanpa pengamatan mendalam,
Hanya mengikuti arus, tanpa peta atau kompas.

Jadi berikanlah kritik yang tajam,
Kepada mereka yang cerdas dan berani.
Sebagai bentuk penghargaan atas kecerdasan mereka,
Dan ajakan untuk terus tumbuh dan berkembang.

Melodi Kritik: Membangun Jiwa yang Kuat

Di tengah kerumunan yang ramai,
Teriakan persetujuan bagaikan simfoni.
Namun, di sudut hati, terukir keraguan,
Apakah suara itu benar, ataukah hanya kepura-puraan?

Suara sunyi dari jiwa yang berani,
Memilih kritik tajam dari sang pemikir sejati.
Kata-kata menusuk bagaikan pisau bermata dua,
Membuka luka yang tersembunyi, menguak kebenaran yang tertunda.

Meskipun pahit bagaikan racun,
Kritik membangun jiwa yang kuat dan tahan banting.
Membuka mata yang tertutup rapat,
Melihat kekurangan diri, melangkah menuju perbaikan.

Persetujuan massa bagaikan selimut hangat,
Menyenangkan hati, namun menipu kenyataan.
Membius diri dalam ilusi yang semu,
Menghalangi kemajuan, menghambat potensi yang tak terukur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun