Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sapu Tanganmu: Senja di Kota

6 April 2024   02:06 Diperbarui: 6 April 2024   02:34 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sapu Tanganmu: Senja di Kota

Senja kelabu menyelimuti kota,
Cahaya jingga tercoreng asap pabrika.
Di antara kerumunan orang yang bergegas pulang,
Ku lihat sapu tanganmu yang berwarna perang.

Sapu tangan itu lusuh, tak lagi berseri,
Namun kau genggam dengan erat di telapak tanganmu yang kekar.
Sesekali kau usap kening yang bermandikan keringat,
Jejak lelah dari hari yang panjang tak tergantikan.

Entah mengapa sapu tangan itu menarik perhatianku,
Lebih dari gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi.
Mungkin karena di dalamnya tersimpan cerita,
Cerita perjuangan, ketabahan, dan cinta yang tak terperi.

Mungkin sapu tangan itu pemberian seseorang tersayang,
Istri, anak, atau ibunda yang selalu mendoakanmu.
Setiap usapan di keningmu, seolah sapu tangan itu membawa pesan cinta,
Kekuatan untuk terus melangkah meski penatnya dunia.

Di tengah keramaian kota yang riuh,
Kutemukan kedamaian di senja yang merayap.
Langit berwarna jingga, memeluk bangunan tinggi,
Dan angin berbisik lirih, membawa cerita sepi.

Di tanganku, kuselipkan sapu tanganmu,
Yang lembut dan harum, seperti kenangan yang indah.
Setiap lipatan mengandung cerita,
Tentang kita yang berjalan bersama di bawah senja.

Dalam sapu tanganmu, terpatri kehangatan,
Seperti sinar mentari yang memeluk langit.
Ia mengingatkanku pada setiap momen bahagia,
Yang kita lewati bersama, di antara gedung-gedung tinggi.

Di balik jendela kaca, cahaya senja memantul,
Menyinari jalan-jalan yang ramai.
Namun di dalam hatiku, hanya ketenangan yang kurasakan,
Saat kuselipkan sapu tanganmu di saku jasku.

Senja di kota membawa kedamaian yang dalam,
Menyiratkan ketenangan di tengah kesibukan.
Dan sapu tanganmu, bagai penghapus lelah,
Mengembalikan kedamaian dalam hatiku.

Senja semakin larut, lampu-lampu kota mulai berkelap-kelip,
Engkau menghilang ditelan kerumunan orang.
Namun sapu tanganmu, lusuh dan berwarna perang,
Tetap membekas di benakku, sebagai pengingat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun