Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Simfoni Cinta dan Murka

30 Maret 2024   23:19 Diperbarui: 30 Maret 2024   23:21 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Judul: Simfoni Cinta dan Murka

Saat murka padamu, bagai Badai Gita,
Menerjang hati dengan amarah yang membara.
Kata-kata terlontar tajam dan penuh duka,
Mencari keadilan di tengah jiwa yang lara.
Badai Gita murka menghantam hatiku,
Kata-kata pedas menusuk, duka merayap.
Namun, Gitanjali membangkitkan rasa nyala,
Cinta membara, menghangatkan jiwa yang rapuh.

Langit pun syahdu dengan desiran rindu,
Syair cinta bergema, meluluhkan kerasnya.
Bayu lembut mengusap, membelai sepenuh hati,
Kisah klasik memikat, merentangkan asmara.

Tak lagi air mata, tak lagi kata-kata pilu,
Hanya Kalpataru, pohon harapan abadi.
Simbol cinta kita, takkan pernah luntur,
Dalam simfoni cinta dan murka, kita terikat.

Marah dan rindu, dua sisi tak terpisahkan,
Melodi cinta terus berdentum, abadi dan indah.
Namun, kala hasratmu nyala bagai Gitanjali,
Lembut gita mengalun, merdu dan menawan.
Cinta berkobar, membakar anganku sekali,
Menjadi Agni, sang api yang tak tertahankan.

Dan bila rindu bertamu, syahdu Langen Madu,
Kumandangkan syair cinta, rindu yang berbisik.
Angin lembut Bayu membawa desiran itu,
Membuatmu luluh, terlena dalam kisah klasik.

Tak perlu air mata dan kata penuh sedu,
Hanya Kalpataru kupersembahkan untukmu.
Pohon pengharapan, pemenuh segala hasrat,
Simbol cintaku yang takkan pernah pudar.

Di dalam simfoni cinta dan murka ini,
Ada cerita tentang kita, terjalin tak terperi.
Marah dan rindu, dua sisi yang tak terpisahkan,
Dalam harmoni cinta yang terus berdetak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun