Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Penjual Tua: Sepeda dan Sekarang Jeruk Peras

30 Maret 2024   00:13 Diperbarui: 30 Maret 2024   00:14 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Penjual Tua: Sepeda dan Sekarung Jeruk Peras

Di bawah terik matahari pagi,
Seorang penjual tua mengayuh sepedanya.
Di belakangnya, sekarung jeruk peras terikat,
Menawarkan kesegaran di tengah panasnya kota.

Kerutan di wajahnya tak tersembunyi,
Menandakan perjalanan hidup yang panjang.
Namun, semangatnya tak pernah padam,
Terus mengayuh sepeda, menjajakan jeruknya.

Suara klakson dan asap kendaraan,
Tak menyurutkan langkahnya.
Dia terus menyapa setiap orang,
Menawarkan jeruk peras dengan senyuman ramah.

Setiap tetes keringat yang jatuh,
Berbuah rupiah untuk menghidupi keluarga.
Dia tak pernah mengeluh,
Terus bekerja keras dengan penuh rasa syukur.

Penjual tua dan sepedanya,
Simbol perjuangan dan ketangguhan hidup.
Dia mengajarkan kita arti kerja keras,
Dan bahwa setiap tetes keringat tak akan sia-sia.


Di jalanan berdebu, di bawah matahari pagi yang terang,
Berjalanlah seorang penjual tua dengan tekun dan sabar,
Sepeda usang menjadi sahabat setianya,
Sekarung jeruk peras menjadi harta yang diemban setiap hari.

Dari pasar ke pasar, dari desa ke desa,
Angkota pengantar jarak jauhnya melaju dengan penuh semangat,
Dalam sepi jalanan, langkahnya tetap mantap,
Menyebarkan kebaikan dengan senyum yang tulus.

Di setiap gerobak kayu yang ia dorong dengan hati,
Terpatri kisah hidup yang penuh perjuangan dan kegigihan,
Jeruk yang dijual bukan sekadar buah biasa,
Melainkan harapan dan rezeki yang ia raih dengan penuh keikhlasan.

Meski tubuhnya renta dan langkahnya perlahan,
Semangatnya tak pernah pudar, keberanian tetap bersinar,
Di balik kerutan wajahnya terukir kebijaksanaan,
Dan dalam setiap jeruk yang ia jual, terdapat kehidupan yang penuh makna.

Penjual tua, pahlawan tanpa tanda jasa,
Dalam kesederhanaannya, ia menjadi teladan,
Menunjukkan kepada kita arti kesabaran dan kerja keras,
Dalam setiap pagi yang baru, ia tetap berjalan dengan harapan dan keberanian.
Mari kita hargai setiap penjual tua,
Yang dengan semangatnya,
Menawarkan kesegaran di tengah panasnya kota.
Dan belajar dari mereka tentang arti kerja keras dan ketangguhan hidup.

PPen

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun