Di balik topeng keceriaan yang semu,
Tersimpan luka dan kekecewaan yang pilu.
Senyum di bibir tak tulus terukir,
Hanya pura-pura bagaikan kaca yang retak.
Tawa yang menggelegar, bagaikan guntur di langit kelam,
Menutupi tangisan yang tertahan di balik kelopak mata yang berendam.
Kegelisahan di dalam hati, bagaikan api yang membakar jiwa,
Tersembunyi di balik keramaian yang fana.
Siapakah dia yang pura-pura tertawa?
Dia yang terluka, dia yang kecewa, dia yang terluka.
Dia yang ingin terlihat bahagia,
Walaupun hatinya penuh duka bagaikan malam yang sunyi.
Lepaskan topengmu, tunjukkan dirimu,
Tak perlu pura-pura bahagia di depanmu.
Ada orang-orang yang peduli padamu,
Dan siap membantu melewati badai hidupmu.
Dalam gemerlap sorot lampu,
Tersembunyi cerita yang terluka.
Di balik senyuman yang terpampang,
Terdapat luka yang terpendam.
Kita semua pernah menari di atas panggung,
Menyanyikan lagu kebahagiaan palsu.
Namun di dalam hati yang rapuh,
Kita merasakan kesedihan yang mendalam.
Pura-pura bahagia, berpura-pura kuat,
Mengubur rasa takut dan kelemahan.
Namun sebenarnya, kita semua rapuh,
Kita semua butuh pelukan dan pengertian.
Ayo buka diri, jangan sembunyikan luka,
Biarkan cahaya masuk dan menyinari gelap.
Hadirkan kejujuran, temukan kedamaian,
Dalam memperjuangkan kebahagiaan yang sejati.
Kita tidak sendiri dalam perjalanan ini,
Bersama-sama kita bisa mengatasi badai.
Jangan takut untuk menunjukkan dirimu yang sebenarnya,
Karena di dalam kejujuran, kita menemukan kekuatan yang sesungguhnya.
Beranikan diri untuk membuka hati,
Bebaskan diri dari pura-pura bahagia yang tak berarti.
Temukan kebahagiaan yang sesungguhnya,
Bersama orang-orang yang tulus mencintaimu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H