Rasa cinta bagai candu yang memabukkan,
Membuatku terlena dalam pesonamu yang memikat.
Kata-katamu bagaikan mantra yang menyihir,
Membuatku tak berdaya dan terjerat dalam asmara.
Empu Ranubaya, kau sang pujangga yang ulung,
Menciptakan karya yang memesona dan menggetarkan jiwa.
Namun, cintamu bagaikan racun yang mematikan,
Membuatku tergila-gila dan kehilangan akal sehat.
Aku mabuk cinta, mabuk kepayang oleh pesonamu,
Tak mampu lagi membedakan mana yang benar dan salah.
Aku hanyut dalam lautan asmara yang membara,
Meski tahu bahwa cinta ini terlarang dan berbahaya.
Oh, Empu Ranubaya, tolong lepaskan aku dari belenggu cintamu,
Biarkan aku kembali ke dunia nyata yang penuh dengan kenyataan.
Aku tak ingin terjebak dalam ilusi cinta yang semu,
Aku ingin hidup bebas dan merdeka tanpa bayang-bayangmu.
Cintamu bagaikan mimpi indah yang tak tergapai,
Meninggalkan luka dan kenangan pahit yang tak terobati.
Aku harus bangkit dan melangkah maju,
Meninggalkan masa lalu dan mencari kebahagiaan yang baru.
Catatan:
Puisi ini berjudul "Mabuk: Empu Ranubaya". Puisi ini terinspirasi dari kisah cinta Empu Ranubaya yang tragis dan penuh dengan lika-liku. Puisi ini menggambarkan perasaan mabuk cinta yang membara, namun di sisi lain juga penuh dengan bahaya dan kenyataan pahit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H