Langit hitam bagai permadani tanpa bintang,
Hanya rembulan pucat menemani malam yang kelam.
Angin berbisik di antara dedaunan,
Membawa rasa sepi yang tak tertahankan.
Sunyi menyelimuti jiwa dan raga,
Hanya pikiran yang terus berkecamuk tanpa henti.
Pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban,
Membuat hati semakin gundah gulana.
Malam tak berjudul ini terasa begitu panjang,
Menunggu fajar yang tak kunjung datang.
Rasa lelah dan kesepian melanda,
Ingin segera terbebas dari malam yang sunyi ini.
Namun, di tengah keheningan ini,
Terdengar suara hati yang berbicara.
Suara yang menenangkan jiwa yang resah,
Memberikan kekuatan untuk melewati malam yang kelam.
Malam tak berjudul ini adalah waktu untuk merenung,
Tentang diri sendiri dan tentang kehidupan.
Malam ini adalah waktu untuk belajar dan bertumbuh,
Menjadi pribadi yang lebih kuat dan tegar.
Ketika fajar akhirnya tiba,
Malam tak berjudul ini akan segera berakhir.
Dan sinar matahari yang hangat akan kembali menyinari bumi,
Memberikan harapan baru untuk hari yang baru.
Sunyi menyelimuti malam yang tak berjudul,
Bintang berkerlap bagai permata terhambur.
Angin sepoi-sepoi membawa bisikan pilu,
Menemani kesunyian yang kian merajut pilu.
Langit hitam bagai kanvas tanpa lukisan,
Membiarkan imajinasi berkelana dalam keraguan.
Suara jangkrik memecah keheningan,
Menambah rasa sepi yang kian mendalam.
Bulan purnama bersinar terang di atas sana,
Menyaksikan kesedihan yang terlukis di jiwa.
Air mata mengalir tanpa suara,
Membasahi pipi yang kian pucat pasi dan terluka.
Malam tak berjudul ini penuh misteri,
Menyimpan rahasia yang tak terungkap di hati.
Hanya doa yang bisa kupanjatkan di sini,
Semoga malam ini segera berlalu dan digantikan pagi.