Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Filosofi: Bunga Mawar

10 Maret 2024   17:17 Diperbarui: 10 Maret 2024   17:21 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Filosofi Bunga Mawar

Mawar mekar dengan indahnya,
Menebarkan pesona di taman sari.
Kelopaknya yang lembut bagai sutra,
Menarik perhatian setiap yang memandangi.

Namun, di balik keindahannya,
Tersembunyi duri yang tajam dan berbisa.
Menyengat siapa saja yang tak berhati-hati,
Memberikan pelajaran berharga tentang kehidupan.

Dalam taman kehidupan, ada bunga mawar yang cantik,
Namun di balik keindahannya, tersembunyi duri yang tajam.
Seperti filosofi hidup yang mengajarkan,
Bahwa keindahan seringkali datang dengan perjuangan.

Bunga mawar itu adalah impian dan aspirasi kita,
Yang kita jaga dan rawat dengan penuh cinta.
Namun duri-duri yang menyertainya mengingatkan,
Bahwa perjalanan menuju kesuksesan penuh liku dan rintangan.

Dalam pelukan bunga mawar yang indah,
Kita menemukan kebahagiaan dan kepuasan.
Namun, jika kita tidak waspada terhadap duri-durinya,
Kita bisa terluka oleh kekecewaan dan penderitaan.

Duri-duri itu adalah pelindung yang tidak terlihat,
Melindungi kelemahan dan kerentanan kita.
Mereka mengajarkan kita untuk lebih berhati-hati,
Dan menghargai setiap keberhasilan yang kita raih.

Jadi, dalam setiap bunga mawar dan duri pelindungnya,
Tersematlah filosofi tentang kehidupan dan perjuangan.
Kita belajar untuk bersyukur atas keindahan,
Sambil menghadapi tantangan dengan keberanian.
Seperti mawar, hidup pun penuh dengan keindahan dan duri.
Kadang kita merasakan kebahagiaan yang luar biasa,
Namun di lain waktu kita dihadapkan pada kesedihan dan luka.

Yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi semua itu.
Apakah kita akan terlena dalam keindahan dan melupakan duri,
Ataukah kita akan belajar dari duri dan menjadikannya kekuatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun