Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Terperangkap dalam Dinginnya Hujan: Menghalangi Senja

10 Maret 2024   14:14 Diperbarui: 10 Maret 2024   14:15 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Terpenjara Dinginnya Hujan

Langit kelabu menyelimuti bumi,
Hujan turun tanpa henti.
Derasnya air bagai tirai yang rapat,
Memenjarakanku dalam dingin yang tak terkira.

Jendela kamar menjadi batas pandang,
Menyaksikan dunia yang kabur oleh air hujan.
Suara tetesan yang tiada henti,
Menciptakan melodi kesepian yang mencekam.

Tubuhku menggigil kedinginan,
Selimut tak mampu menghangatkan jiwa.
Rasa rindu pada kehangatan matahari,
Menyiksa diri dalam kesendirian yang sunyi.

Hujan terus turun tanpa henti,
Seperti air mata yang tak tertahankan.
Memendam rasa sedih dan kecewa,
Dalam penjara dingin yang tak terjamah.

Namun, di balik awan yang kelabu,
Aku masih melihat secercah cahaya.
Harapan akan datangnya hari yang cerah,
Ketika hujan reda dan matahari kembali bersinar.

Aku tahu, aku tak sendirian.
Hujan ini pun akan berlalu.
Dan aku akan kembali merasakan kehangatan,
Di bawah sinar mentari yang tulus dan bersahabat.

Di bawah rintik dingin hujan yang membasahi,
Senja terhalang oleh awan kelabu yang mengepung.
Hatiku merasa terperangkap dalam kesunyian,
Di antara tetes-tetes yang menari di jendela.

Rindu akan sinar senja yang hangat memudar,
Terhempas oleh hujan yang menutupinya dengan lembut.
Langit yang dulu berwarna jingga dan merah,
Kini tenggelam dalam kelamnya awan yang tebal.

Di dalam gelap, aku merenungkan kenangan,
Yang tersembunyi di balik riak-riak air yang jatuh.
Hujan menjadi pengiring kesepian di hati,
Mengingatkanku pada kepergianmu yang menyakitkan.

Namun meski senja terhalang oleh dinginnya hujan,
Ada keindahan tersendiri dalam kesedihan yang tercipta.
Seperti puisi yang terukir dalam butiran-butiran air,
Merangkai cerita tentang kepergian dan perpisahan.

Maka biarlah hujan tetap mengalir,
Biarlah senja terhalang oleh awan yang kelabu.
Di dalam gelap, aku akan mencari cahaya,
Dan menemukan kedamaian di tengah hujan yang membasahi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun