Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kabut Lorong Waktu: Sepotong Puisi pada Seberkas Cahaya Masa Depan

5 Maret 2024   21:05 Diperbarui: 5 Maret 2024   21:13 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kabut Lorong Waktu: Sepotong Puisi tentang Ketidakpastian Masa Depan

Di lorong waktu yang remang-remang,
Kabut tebal menyelimuti pandangan.
Langkah tertatih, tujuan samar-samar,
Menuju masa depan yang penuh misteri tak terbantahkan.

Matahari harapan kadang bersinar samar,
Sinarnya tersendat, tertutup kabut yang kelam.
Angin ketakutan bertiup kencang,
Membawa bisikan keraguan yang tak berujung panggang.

Tapi, di lubuk hati yang terdalam,
Seberkas keyakinan masih menyala terang.
Kompas moral jadi penuntun dan pegangan,
Menuntun langkah walau jalanan berliku dan terjal terbentang.

Dengan napas harap yang tersengal,
Kita terus melangkah, tak ingin berpaling.
Menepis kabut keraguan yang mengental,
Mencari fajar di balik lorong waktu yang tak kunjung hilang.

Percayalah, meski kabut tebal menutupi nanti,
Kan ada mentari yang menerangi jalan kita pasti.
Terus melangkah, pantang menyerah dan patah hati,
Kelak kabut akan sirna, masa depan pun akan menyapa dengan pasti.

Kabut tebal menyelimuti lorong waktu,
Menutupi langkah-langkah yang terhenti.
Namun di ujungnya, seberkas cahaya pagi,
Menyinari jalan yang tersembunyi.

Dalam kegelapan yang menyelimuti,
Kita meraba-raba dalam ketidakpastian.
Namun keberanian dan keyakinan membawa kita maju,
Menuju titik terang yang menanti di ufuk pagi.

Kabut tebal mungkin membuat kita terhenti sejenak,
Namun jangan biarkan itu menghalangi langkahmu.
Di antara kabut yang menggelayuti,
Ada harapan yang menyala dalam hati.

Jadi maju, melangkah dengan tekad yang teguh,
Menuju cahaya yang menanti di ujung lorong.
Kabut tebal mungkin menghalangi pandangan,
Namun cahaya pagi akan memandu kita pulang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun