Kabut Lorong Waktu: Sepotong Puisi tentang Ketidakpastian Masa Depan
Di lorong waktu yang remang-remang,
Kabut tebal menyelimuti pandangan.
Langkah tertatih, tujuan samar-samar,
Menuju masa depan yang penuh misteri tak terbantahkan.
Matahari harapan kadang bersinar samar,
Sinarnya tersendat, tertutup kabut yang kelam.
Angin ketakutan bertiup kencang,
Membawa bisikan keraguan yang tak berujung panggang.
Tapi, di lubuk hati yang terdalam,
Seberkas keyakinan masih menyala terang.
Kompas moral jadi penuntun dan pegangan,
Menuntun langkah walau jalanan berliku dan terjal terbentang.
Dengan napas harap yang tersengal,
Kita terus melangkah, tak ingin berpaling.
Menepis kabut keraguan yang mengental,
Mencari fajar di balik lorong waktu yang tak kunjung hilang.
Percayalah, meski kabut tebal menutupi nanti,
Kan ada mentari yang menerangi jalan kita pasti.
Terus melangkah, pantang menyerah dan patah hati,
Kelak kabut akan sirna, masa depan pun akan menyapa dengan pasti.
Kabut tebal menyelimuti lorong waktu,
Menutupi langkah-langkah yang terhenti.
Namun di ujungnya, seberkas cahaya pagi,
Menyinari jalan yang tersembunyi.
Dalam kegelapan yang menyelimuti,
Kita meraba-raba dalam ketidakpastian.
Namun keberanian dan keyakinan membawa kita maju,
Menuju titik terang yang menanti di ufuk pagi.
Kabut tebal mungkin membuat kita terhenti sejenak,
Namun jangan biarkan itu menghalangi langkahmu.
Di antara kabut yang menggelayuti,
Ada harapan yang menyala dalam hati.
Jadi maju, melangkah dengan tekad yang teguh,
Menuju cahaya yang menanti di ujung lorong.
Kabut tebal mungkin menghalangi pandangan,
Namun cahaya pagi akan memandu kita pulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H