Di lorong waktu yang remang-remang,
Bayangan Bapak menyapa dalam mimpi.
Wajahnya teduh, penuh kasih sayang,
Senyumnya abadi, tak lekang oleh waktu.
Misteri kehidupan menyelimuti alam semesta,
Kepergian Bapak meninggalkan luka yang mendalam.
Pertanyaan tanpa jawaban menghantui jiwa,
Mencari makna di balik misteri yang tak terkira.
Bayangan Bapak bagai lukisan abstrak,
Terlukis di kanvas memori yang tak terhapuskan.
Suara Bapak bagai simfoni alam,
Merdu dan menenangkan jiwa yang gelisah.
Misteri kematian takkan pernah terungkap,
Namun cinta dan kasih sayang Bapak abadi selamanya.
Bayangan Bapak akan selalu menemani,
Di setiap langkah kaki dan di setiap tarikan nafas.
Di lorong waktu yang tak terjamah,
Bayangan Bapak menjadi kompas kehidupan.
Menuntun langkahku di jalan yang berliku,
Memberikan kekuatan untuk terus melangkah maju.
Di bawah cahaya rembulan yang lembut,
Terbentang bayangan abadi Bapak.
Misteri yang terpahat dalam langit malam,
Menyiratkan kehadiran yang tak terpadamkan.
Bayanganmu melintasi waktu dan ruang,
Menyapa hati yang rindu dengan kelembutan.
Di antara bintang-bintang yang bersinar terang,
Kita merenungkan keajaiban akan kehidupan.
Dalam setiap embun yang menari di malam,
Aku merasakan hadirmu di sekeliling.
Misteri yang mengitari dunia dan alam semesta,
Membawa ingatan akan kasih dan kebijaksanaan.
Dalam cahaya yang redup, kita temukan kedamaian,
Di antara bayangan yang menari di dinding-dinding malam.
Bapak, walaupun kau pergi jauh ke alam lain,
Bayanganmu tetap abadi, membimbing langkah kami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H