Kampungku Terkena Wabah Cikungunya
Nyamuk kecil bersayap belang,
Membawa virus yang menyebalkan.
Kampungku terserang wabah cikungunya,
Menyebabkan banyak orang menderita.
Demam tinggi, sendi terasa nyeri,
Tubuh lemas, tak bertenaga lagi.
Aktivitas terhenti, ekonomi terhambat,
Cikungunya menjadi momok yang menakutkan.
Fogging dilakukan, larvasida disebar,
Upaya pencegahan terus digalakkan.
Masyarakat diimbau menjaga kebersihan,
Agar nyamuk tak lagi berkembang biak.
Bersama-sama kita lawan cikungunya,
Jaga kesehatan, tingkatkan kebersihan.
Semoga kampungku kembali sehat dan ceria,
Bebas dari wabah cikungunya yang merisaukan.
Di kampungku yang damai dan tenteram,
Wabah cikungunya datang dengan tersembunyi.
Gelisah memenuhi hati setiap warga,
Ketakutan melanda di setiap sudut desa.
Bertemu pagi dengan tangisan,
Seketika senyum terhapus dari wajah.
Demam dan nyeri melanda tubuh,
Menghantui mimpi dan menyiksa tidur.
Rumah-rumah terdiam, jalan sepi tak berpenghuni,
Desa yang dulu riuh kini hening terdiam.
Namun di balik kepiluan, kita bersatu,
Bahu membahu menghadapi cobaan yang datang.
Bersama-sama, kita melawan musuh tak terlihat,
Menyemangati satu sama lain dengan doa.
Meski badai menerpa, kita tetap kuat,
Menghadapi cikungunya dengan tekad yang bulat.
Pada akhirnya, matahari akan bersinar kembali,
Membawa harapan dan kesejahteraan untuk kita semua.
Kampungku akan pulih, dan cerita tentang wabah cikungunya,
Akan menjadi kenangan yang menguatkan, tentang kebersamaan dan keteguhan hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H