Di negeri amplop cinta bersemi,
Bukan di taman bunga nan mewangi,
Tetapi di balik lembaran kertas putih,
Terselip rasa cinta yang tak terperi.
Bunga mawar tak lagi jadi simbol cinta,
Tergantikan oleh amplop berisi tumpukan rupiah,
Kasih sayang diukur dengan nominal,
Bukan lagi ketulusan dan kasih yang tulus.
Di negeri amplop, cinta diperjualbelikan,
Harga diri diinjak-injak demi kekayaan,
Janji suci tergadaikan demi keuntungan pribadi,
Cinta sejati terkubur dalam ambisi.
Namun, di balik kelamnya negeri amplop,
Masih ada secercah harapan yang tersembunyi,
Cinta sejati yang tak tergoyahkan oleh uang,
Masih ada hati yang tulus dan murni.
Bagi mereka yang masih percaya cinta sejati,
Negeri amplop bukan tempat yang ideal,
Carilah cinta di taman hati yang murni,
Di mana ketulusan dan kasih sayang bersemi.
Jangan biarkan cinta terkontaminasi oleh amplop,
Jagalah hati dan jiwamu dari kerakusan,
Percayalah, cinta sejati tak butuh amplop,
Cukup dengan ketulusan dan kasih sayang yang tulus.
Di negeri amplop, cinta mungkin terhalang,
Tetapi jangan biarkan hatimu terbelenggu,
Percayalah, cinta sejati akan menemukan jalannya,
Dan mengantarkanmu pada kebahagiaan yang hakiki.
Semoga cinta di negeri amplop ini dapat kembali suci,
Di mana ketulusan dan kasih sayang dijunjung tinggi,
Dan cinta sejati tak lagi terhalang oleh amplop,
Tetapi bersinar terang di hati setiap insan.
Cinta di negeri amplop, bersemi di antara baris-baris huruf,
Dalam setiap goresan pena, terukir rasa yang menggebu.
Seperti surat yang terlipat rapi, cinta menyembunyikan rahasia,
Di antara lipatan-lipatan yang tak terbaca.
Di negeri amplop, cinta berkembang dalam kata-kata yang tersusun,
Menyampaikan perasaan yang tak terungkapkan secara lisan.
Mengalir seperti tinta yang menari di atas kertas putih,
Mengukir kisah cinta yang abadi dan tak terlupakan.