Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hanya Debulah Aku

3 Februari 2024   22:46 Diperbarui: 3 Februari 2024   22:55 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hanya debu, aku mengembara di angkasa,
Terbawa arus waktu, tak terlihat oleh mata.
Dalam puisi ini, debu mencoba bicara,
Sebagai saksi bisu perjalanan yang tak terhenti.

Terombang-ambing, seperti helaan angin yang ringan,
Dalam kerumunan bintang, aku hanya titik kecil.
Hanya debu, berdiam di tepi keabadian,
Puisi ini mencoba menggambarkan ketidakberartiannya.

Mungkin aku hanyalah debu di lorong waktu,
Tapi di dalam keheningan, ada keindahan yang abadi.
Dalam puisi hanya debu, ada kisah yang tak terucapkan,
Sebuah perjalanan tanpa akhir di alam semesta yang luas.

Aku adalah bagian dari debu yang tercipta,
Dalam alam yang tak terbatas, tanpa batas dan tak terhitung.
Hanya debu, merangkai puisi tentang eksistensi,
Mengajak kita merenung tentang besarnya yang tak terduga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun